Kamis 25 May 2023 17:37 WIB

Cara Makan Ulama Terdahulu Agar tidak Mengganggu Proses Belajar

Ulama Ibnu Taimiyah tidak pernah dengan porsi yang berlebihan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Juri memberikan penilaian saat lomba pembuatan tumpeng memperingati hari lahir Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Ahad (20/2/2022). Puncak peringatan harlah ke-99 NU tersebut dimerahkan dengan lomba membuat 99 buah tumpeng dan diakhiri dengan makan bersama sejumlah tokoh lintas agama guna memupuk kerukunan antar umat.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Juri memberikan penilaian saat lomba pembuatan tumpeng memperingati hari lahir Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Ahad (20/2/2022). Puncak peringatan harlah ke-99 NU tersebut dimerahkan dengan lomba membuat 99 buah tumpeng dan diakhiri dengan makan bersama sejumlah tokoh lintas agama guna memupuk kerukunan antar umat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga pola makan adalah hal yang penting untuk diperhatikan oleh setiap pelajar atau penuntut ilmu. Ulama terdahulu telah memberikan contoh bagaimana mereka menjaga makanan yang dikonsumsinya agar tidak mengakibatkan lalai.

Abi Abdullah Muhammad Sa'id bin Silan dalam bukunya, Adabu Thalibil Ilmi (terjemahan oleh Muyassir Hadil Anam), menjelaskan, Ibnu Taimiyah tidak pernah meminta makanan, baik di siang hari maupun di malamnya.

Baca Juga

Ibnu Taimiyah saat menuntut ilmu dan beramal tetap tenang dalam keseriusannya. Bahkan sampai-sampai orang lainlah yang berinisiatif memberi makan Ibnu Taimiyah dengan meletakkan di dekatnya. Kemudian dibiarkan hingga dia menoleh ke makanan.

Jika makan, Ibnu Taimiyah tidak pernah dengan porsi yang berlebihan. Dia makan dengan kadar yang sedikit dan tidak pernah menyinggung ihwal kelezatan dan kenikmatan dunia, termasuk makanan.

Selain itu, Ibnu Taimiyah tidak melibatkan dirinya dalam pembicaraan yang isinya hanya tentang sesuatu yang sifatnya duniawi semata. Pembicaraannya selalu seputar  keabadian dan berbagai hal yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Bagi setiap Muslim, halalnya makanan yang dikonsumsi tentu sudah menjadi tuntutan. Sedangkan bagi pelajar, tuntutan tersebut jauh lebih besar. Ini karena seorang pelajar adalah tempat melihat apakah perkara itu halal atau haram.

Nabi Muhammad SAW pun telah memberi contoh bagaimana beliau menahan diri dari buah kurma yang ditemukannya di tempat tidurnya, karena khawatir buah kurma tersebut adalah sedekah. Sedangkan sedekah tidak diperbolehkan bagi Nabi SAW.

Diriwayatkan dari Nu'man bin Basyir ia berkata, "Umar bin Khathab ra menyinggung hal duniawi yang telah menimpa manusia. Lalu ia berkata, "Sungguh saya telah melihat Rasulullah SAW pernah melewati harinya dengan payah, tiada memperoleh buah kurma, sekalipun yang jelek untuk mengisi perut beliau." (HR. Muslim)

Begitu pun bagi para penimba ilmu atau pelajar. Dalam belajar, mereka jangan sampai terganggu oleh makanan dan minuman. Selain memperhatikan kehalalannya, kadar makanan yang dikonsumsinya tidak lebih dan tidak kurang. Agar cukup menjadi tenaga dan tidak menjadi hambatan untuk beribadah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement