Kamis 25 May 2023 11:47 WIB

17 Orang di Afrika Selatan Tewas karena Wabah Kolera

Ada 29 kasus kolera yang dikonfirmasi laboratorium di Afrika Selatan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Seorang gadis dengan gejala kolera dibantu oleh ibunya di sebuah klinik (ilustrasi).  Sedikitnya 17 orang tewas dalam wabah kolera di Kota Hammanskraal di luar Ibu Kota Afrika Selatan, Pretoria.
Foto: AP/Odelyn Joseph
Seorang gadis dengan gejala kolera dibantu oleh ibunya di sebuah klinik (ilustrasi). Sedikitnya 17 orang tewas dalam wabah kolera di Kota Hammanskraal di luar Ibu Kota Afrika Selatan, Pretoria.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Sedikitnya 17 orang tewas dalam wabah kolera di Kota Hammanskraal di luar Ibu Kota Afrika Selatan, Pretoria. Pihak berwenang pada Rabu (24/5/2023) mengatakan, jumlah korban telah meningkat dari 10 kematian awal yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan setempat awal pekan ini.

Pihak berwenang mengatakan, ada 29 kasus kolera yang dikonfirmasi laboratorium. Sementara 67 orang dirawat di rumah sakit dan klinik karena infeksi saluran cerna.

Baca Juga

Otoritas kesehatan belum mengkonfirmasi sumber pasti wabah kolera. Tetapi pengelolaan air limbah yang buruk dan ketidakstabilan pemerintah daerah di ibu kota Afrika Selatan disalahkan atas situasi tersebut. Kota Tshwane, yang mencakup Pretoria dan sekitarnya, telah memiliki setidaknya lima wali kota berbeda sejak partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa kehilangan kendali dalam pemilihan pemerintah daerah pada 2016.

Sebuah pabrik air di Pretoria yang bertanggung jawab atas pengelolaan air limbah untuk sebagian besar Hammanskraal membutuhkan perbaikan mendesak. Perbaikan ini diperkirakan menelan biaya sekitar 130 juta dolar AS. Pengelolaan air limbah tersebut tidak berfungsi dengan baik selama bertahun-tahun.

“Sudah kehabisan kapasitas sejak sekitar tahun 2005,” kata Wali Kota eksekutif Tshwane Cilliers Brink, yang terpilih pada Maret.

Afrika Selatan adalah negara Afrika terbaru yang mengalami wabah kolera setelah kematian di negara tetangga Zimbabwe dan Malawi tahun ini.  Pada Februari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus kolera di Afrika meningkat secara eksponensial di tengah lonjakan global.  Setidaknya 12 negara Afrika telah melaporkan wabah kolera tahun ini.

Otoritas kesehatan Zimbabwe telah mengkonfirmasi sembilan kematian baru-baru ini, dengan 28 dugaan kematian kolera lainnya sejak Februari.  Kementerian Kesehatan telah mencatat 1.404 kasus dugaan kolera dan 359 kasus yang dikonfirmasi laboratorium.

Awal tahun ini, Malawi melaporkan bahwa lebih dari 1.000 orang telah meninggal dalam wabah kolera yang dimulai pada Maret 2022. WHO mengatakan, ini adalah wabah kolera terburuk di Malawi dalam 20 tahun,m dengan lebih dari 36.000 kasus.

Kolera adalah penyakit yang ditularkan melalui air dengan menelan makanan atau air yang terkontaminasi. Infeksi penyakit ini sangat ganas, kendati dapat dengan mudah diobati begitu teridentifikasi.

LSM Gift of the Givers telah mendistribusikan lebih dari 3.200 botol air bersegel berukuran 5 liter ke Rumah Sakit Jubilee di komunitas Hammanskraal dan klinik di sekitarnya.

Sementara pihak berwenang Zimbabwe mengatakan, Ibu Kota Harare berubah menjadi episentrum wabah saat ini.  Penduduk di beberapa pinggiran kota telah berbulan-bulan tanpa air ledeng, memaksa mereka untuk menggali sumur dangkal dan lubang bor yang telah terkontaminasi oleh limbah mentah yang mengalir dari pipa yang pecah.

Kasus kolera di Afrika telah dikaitkan dengan masalah sanitasi lokal. Tetapi m faktor iklim seperti angin topan dan banjir yang melanda bagian selatan Afrika baru-baru ini serta kekurangan global dalam vaksin kolera turut menyumbang kenaikan kasus. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement