Senin 27 Mar 2023 21:03 WIB

Ekonom Ingatkan Pentingnya Pengelolaan Keuangan saat Ramadhan

Dalam beberapa hal, sedekah pun harus dalam perhitungan.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Bulan Ramadhan (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Bulan Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ekonom Universitas Airlangga (Unair), Shochrul Rohmatul Ajija mengingatkan masyarakat untuk mampu mengatur keuangannya, terutama saat Ramadhan. Shochrul mengatakan, saat Ramadhan, selain dorongan untuk bersedekah, keinginan membeli sesuatu yang didasarkan sifat konsumtif biasanya menjadi tinggi dari biasanya.

"Selama masih dalam proporsi yang baik dan on-budget sebenarnya tidak apa-apa. Mungkin selama satu tahun ke belakang kita mencoba banyak saving dan meredam konsumsi, selama Ramadan tidak apa-apa dikeluarin," ujarnya, Senin (27/3/2023).

Shochrul mengatakan, masyarakat harus mampu mengatur keuangan rumah tangga, setidaknya dalam empat bagian. Rinciannya, sepuluh persen untuk sedekah, 30 persen untuk konsumsi, tiga puluh persen untuk kewajiban seperti angsuran yang wajib dibayar, dan tiga puluh persen sisanya untuk dana jaga-jaga, tabungan, serta investasi.

"Yang bahaya adalah orang yang family financial planning-nya udah salah. Konsumsinya sudah lebih dan tidak punya saving bahkan minus, kemudian di Ramadan berseliweran di media sosial, promosi. Akhirnya spending lebih banyak lagi," kata dosen Departemen Ekonomi Pembangunan tersebut.

Shochrul menambahkan, dalam beberapa hal, sedekah pun harus dalam perhitungan. Jangan sampai akhirnya mengorbankan pengeluaran yang primer, karena sedekah paling utama ialah kepada keluarga. Artinya, dalam sektor terkecil seperti keluarga, pengaturan atas keuangan harus tetap dilakukan.

"Ibadah itu direncanakan, ibadah harus masuk dalam rencana pembagian income kita, ya. Biar kita ada persiapan. Mau Ramadhan, niatnya apa, oh saya mau sedekah sekian sehingga kita sudah persiapannya sebelas bulan kemarin," ujarnya.

Shochrul pun berpesan untuk meniatkan setiap pengeluaran untuk sedekah. Karena, hal tersebut juga akan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi, terutama ketika membeli atau berbelanja kepada pedagang ultra mikro.

"Untuk kita yang masih minus, hati-hati. Sedekah tidak harus dengan harta. Sedekah itu banyak caranya, dengan kita berbuat baik, berbisnis yang jujur, itu bagian dari sedekah," kata Shochrul.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement