Ahad 19 Mar 2023 13:31 WIB

Pengunjuk Rasa Prancis Gelar Protes Di Tengah Tumpukan Sampah yang Berserakan

Penumpukan sampah ini menjadi simbol melawan reformasi pensiun Prancis.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Botol-botol sampah disebar selama protes di Paris, Sabtu, 18 Maret 2023. Sejumlah protes menentang rencana Presiden Emmanuel Macron untuk menaikkan usia pensiun Prancis dari 62 menjadi 64 terjadi pada Sabtu di Paris dan sekitarnya, karena sampah yang tidak terkumpul berbau busuk di jalanan ibukota Prancis di tengah pemogokan pekerja sanitasi.
Foto: AP Photo/Lewis Joly
Botol-botol sampah disebar selama protes di Paris, Sabtu, 18 Maret 2023. Sejumlah protes menentang rencana Presiden Emmanuel Macron untuk menaikkan usia pensiun Prancis dari 62 menjadi 64 terjadi pada Sabtu di Paris dan sekitarnya, karena sampah yang tidak terkumpul berbau busuk di jalanan ibukota Prancis di tengah pemogokan pekerja sanitasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Aksi mogok para pekerja di Prancis terus berlanjut hingga Sabtu (18/3/2023) untuk memprotes reformasi pensiun. Mereka melakukan aksinya di tengah tumpukan sampah yang sudah berbau di jalan-jalan ibu kota Prancis. 

Sampah terlihat menumpuk dan berserakan karena pekerja sanitasi juga ikut aksi mogok. Penumpukan sampah menjadi persoalan di tengah aksi mogok yang berkelanjutan.

Baca Juga

Beberapa warga Paris yang keluar membeli baguette pada akhir pekan menyalahkan Macron atas asap yang keluar dari sampah yang menumpuk di dekat toko roti di distrik ke-12 kota itu.

“Pemerintah harus mengubah posisinya dan mendengarkan rakyat karena apa yang terjadi sangat serius. Dan kami melihat radikalisasi. Pemerintah harus bertanggung jawab untuk ini," Isabelle Vergriette (64 tahun) yang berprofesi sebagai seorang psikolog. 

Walikota distrik, Emmanuelle Pierre-Marie menyuarakan keprihatinan di lingkungannya tentang konsekuensi dari sampah yang menumpuk. Penumpukan sampah ini telah menjadi simbol visual dari tindakan untuk mengalahkan rencana reformasi pensiun.

“Limbah makanan adalah prioritas kami karena itulah yang membawa hama ke permukaan. Kami sangat sensitif dengan situasi ini. Segera setelah kami memiliki truk sampah, kami memprioritaskan tempat-tempat yang paling dikhawatirkan, seperti pasar makanan," kata Pierre-Marie.  

Polisi telah meminta pekerja sampah untuk membersihkan beberapa lingkungan, tetapi masih ada tumpukan sampah. Rencananya, aksi mogok akan terus berlanjut hingga Senin (20/3/2023) yang diikuti oleh pekerja dari berbagai sektor, mulai dari transportasi hingga energi. Otoritas Penerbangan Sipil meminta pembatalan 30 persen penerbangan di Orly, bandara kedua Paris, dan 20 persen penerbangan di Marseille.

Dalam protes pada Sabtu, seorang pengunjuk rasa, Melodie Tunc, berjalan dengan hati-hati untuk menghindarinya tumpukan sampah di jalan-jalan Paris. “Untung sampah di jalanan begitu terlihat. Ini memberi tahu orang-orang bagaimana pemulung sangat berguna. Pemerintah menggunakan kekerasan untuk meloloskan RUU (reformasi pensiun). Tapi kita harus berjuang untuk prestasi sosial kita dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan turun ke jalan,” katanya.

Konfederasi serikat pekerja CGT memperingatkan, setidaknya dua kilang minyak akan ditutup mulai Senin.  Menteri Perindustrian Roland Lescure mengatakan, pemerintah dapat meminta personel memerintahkan pekerja kembali ke pos mereka untuk menghindari kekurangan bahan bakar.

Aksi protes berlangsung di berbagai kota, termasuk Nantes dan Marseille. Pengunjuk rasa melewati polisi untuk menduduki stasiun kereta api utama selama sekitar 15 menit. Sementara di Kota Besancon, ratusan demonstran menyalakan anglo dan membakar kartu pemilih.

Di Paris, polisi berupaya memulihkan ketenangan setelah kerusuhan selama dua malam berturut-turut.  Polisi melarang pertemuan di jalan Champs-Elysées dan Place de la Concorde yang elegan. Ribuan pengunjuk rasa berkumpul pada Sabtu malam di lapangan umum di selatan Paris, Place d'Italie, kemudian berbaris menuju pabrik pembakaran sampah terbesar di Eropa, yang telah menjadi pusat ketegangan.  Beberapa pengunjuk rasa membakar tong sampah, dan meneriakkan slogan seperti "jalanan adalah milik kita".

Para pengunjuk rasa mencoba menekan anggota parlemen untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Emmanuel Macron dan mengakhiri reformasi pensiun. Macron memerintahkan Perdana Menteri Elisabeth Borne untuk menggunakan kekuatan konstitusional khusus untuk meloloskan undang-undang reformasi pensiun. Langkah ini diambil untuk menghindari pemungutan suara di majelis rendah yang kacau. Tindakan Macron ini menyebabkan anggota parlemen sayap kanan dan sayap kiri mengajukan mosi tidak percaya terhadap Kabinetnya pada Jumat (17/3/2023). Voting mosi tidak percaya ini dijadwalkan digelar pada Senin (20/3/2023) mendatang.

Macron berpendapat, reformasi pensiun diperlukan untuk memperkuat ekonomi negara dan mencegah sistem pensiun jatuh ke dalam defisit seiring meningkatnya usia penduduk. Kepala serikat pekerja CFDT yang moderat, Laurent Berger, mengatakan, rencana reformasi pensiun harus ditarik.

"Kami mengutuk kekerasan. Tapi lihat kemarahannya. Itu sangat kuat, bahkan di antara jajaran kami,” katanya di radio RMC.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement