Kamis 16 Mar 2023 22:56 WIB

Normalisasi Arab Saudi-Iran, Ketua MUI Tekankan Pengaruh Iran di Dunia Islam

China mempunyai kepentingan besar di negara-negara Islam

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, di sebelah kanan, berjabat tangan dengan penasihat keamanan nasional Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban, di sebelah kiri, sebagai Wang Yi, diplomat paling senior China, terlihat, di tengah, untuk foto selama pertemuan tertutup yang diadakan di Beijing, Sabtu (11/3/2023). Iran dan Arab Saudi pada Jumat sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan setelah tujuh tahun ketegangan. Terobosan diplomatik besar yang dinegosiasikan dengan China menurunkan kemungkinan konflik bersenjata antara saingan Timur Tengah, baik secara langsung maupun dalam konflik proksi di sekitar wilayah tersebut.
Foto: Luo Xiaoguang/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, di sebelah kanan, berjabat tangan dengan penasihat keamanan nasional Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban, di sebelah kiri, sebagai Wang Yi, diplomat paling senior China, terlihat, di tengah, untuk foto selama pertemuan tertutup yang diadakan di Beijing, Sabtu (11/3/2023). Iran dan Arab Saudi pada Jumat sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan setelah tujuh tahun ketegangan. Terobosan diplomatik besar yang dinegosiasikan dengan China menurunkan kemungkinan konflik bersenjata antara saingan Timur Tengah, baik secara langsung maupun dalam konflik proksi di sekitar wilayah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Dr Sudarnoto Abdul Hakim, mengatakan, setelah tujuh tahun hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran putus, saat ini kedua negara penting ini melakukan kesepakatan untuk membangun hubungan diplomatik yang konstruktif. Peran China sangat penting dalam mengupayakan rekatnya kembali hubungan dua negara tersebut.

Dr Sudarnoto mengatakan, dalam waktu dekat, kedua negara akan membuka kantor kedutaannya masing-masing. Melalui peristiwa diplomasi politik ini, China telah berhasil menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa China semakin memiliki pengaruh global yang sangat besar dan penting, menggeser sedikit demi sedikit pengaruh Amerika Serikat (AS) yang dalam waktu panjang sangat dominan dalam percaturan global.

Baca Juga

"Pasca-Perang Dingin, Amerika Serikat praktis memang menjadi pengatur dan penentu lalu lintas dunia dan satu-satunya kekuatan superpower. Akan tetapi, sekarang posisi Amerika Serikat mulai terpinggirkan dan akan tergantikan oleh China," kata Dr Sudarnoto kepada Republika.co.id, Selasa (14/3/2023).

Dia menjelaskan, berakhirnya pengaruh Amerika Serikat di Afghanistan setelah dua puluh tahun menduduki negara tersebut, misalnya, telah memberikan ruang besar bagi China untuk menancapkan pengaruhnya.

"Dalam catatan saya, setelah Perang Dingin berakhir pada 1991, China dengan cepat telah memperkuat pengaruhnya secara global. Hal ini terutama karena pertumbuhan ekonomi yang cepat, investasi asing, diplomasi ekonomi dan politik, serta pengembangan teknologi," kata dia.  

Dia menerangkan, China tampaknya akan terus bergerak memperkuat pengaruhnya di masa-masa yang akan datang, meminggirkan Amerika. Dalam kaitannya secara khusus dengan negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), pengaruh China memang sangat tergantung kepada faktor-faktor seperti kepentingan ekonomi, politik, dan strategis yang terlibat dalam hubungan bilateral antara China dan masing-masing negara OKI.

Akan tetapi, secara umum pengaruh China di wilayah tersebut semakin kuat dalam beberapa dekade terakhir, terutama dalam hal perdagangan dan investasi. Faktor-faktor yang mendorong kekuatan pengaruh China ini investasi dan perdagangan, diplomasi, dan pertahanan yaitu China  meningkatkan kerja sama militer terutama dengan negara-negara di Timur Tengah.

"Meskipun ada kasus minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang yang mengakibatkan hubungan anggota OKI terutama Indonesia dan Turki dengan China kurang baik, akan tetapi secara keseluruhan, pengaruh China tetap makin kuat. Peran penting China dalam menormalisasi Arab-Iran adalah bukti," ujar dia.

Sudarnoto menambahkan, China memang sangat berkepentingan untuk menormalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi-Iran. Alasan yang kuat adalah kepentingan ekonomi di Timur Tengah, termasuk dengan Arab Saudi dan Iran.

Bagi China, menormalisasi hubungan antara kedua negara tersebut dapat membawa stabilitas politik dan keamanan di wilayah tersebut, yang merupakan hal penting bagi China dalam rangka mempromosikan investasi dan perdagangan di wilayah tersebut.

Jika konflik Arab-Iran dibiarkan berkepanjangan, maka dapat membahayakan kepentingan China. Karena itu China mencari jalan untuk terus menjaga hubungan dengan negara-negara Arab dan bahkan dengan negara Muslim lainnya untuk memperkuat posisi China di wilayah tersebut dan mengurangi ketegangan dengan negara-negara tersebut.

"Peran China sebagai mediator di panggung internasional sangat penting untuk mempromosikan solusi damai terhadap berbagai konflik di wilayah tersebut, sekaligus memperkuat citranya sebagai negara yang berperan dalam penyelesaian konflik internasional dan meningkatkan pengaruhnya di dunia internasional," kata dia. 

Baca jug: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

 

Dia mengatakan, apa yang dilakukan China ini, akan besar dampaknya terhadap perubahan iklim dan dinamika di Timur Tengah. Konflik Timur Tengah akan semakin mereda dan, sejalan dengan semakin melemahnya pengaruh Amerika di Timur Tengah.

Menurut dia, posisi Israel yang saat ini dipimpin Benjamin Netanyahu pun juga akan semakin terjepit karena Arab Saudi dan negara-negara lain yang sudah menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel justru akan kembali memberikan dukungan terhadap Palestina untuk mewujudkan kemerdekaannya sejalan dengan prinsip two-states solution.

"Harapan ke depan, Amerika semakin kehilangan kekuatannya untuk menerapkan Veto di PBB sebagaimana yang sudah dilakukan selama ini. China, hemat saya memang negara penting pasca-Amerika Serikat yang akan membawa perubahan penting dalam tatanan global," kata dia.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement