Kamis 16 Mar 2023 09:19 WIB

Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto, Raih Gelar Doktor dari IPB University

Disertasinya 'Desain Kebijakan Pemanfaatan Pekarangan sebagai Kawasan Agrowisata'.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, mendapatkan gelar Doktor setelah dinyatakan lulus dalam sidang terbuka promosi Doktor dari program doktoral IPB University, Rabu (15/3/2023).
Foto: Dok. DPRD Kota Bogor
Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto, mendapatkan gelar Doktor setelah dinyatakan lulus dalam sidang terbuka promosi Doktor dari program doktoral IPB University, Rabu (15/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto mendapatkan gelar Doktor setelah dinyatakan lulus dalam sidang terbuka promosi Doktor dari program doktoral IPB University, Rabu (15/3/2023). Sidang terbuka Promosi Doktor Atang Trisnanto digelar di Ruang Sidang Sylva Fakultas Kehutanan IPB University.

Politisi PKS ini mengaku, penyelesaian pendidikan S3-nya di IPB ini bukanlah perjalanan yang mudah. Dirinya harus dapat membagi waktu antara penyelesaian disertasi dengan tugas dan kewajiban sebagai Ketua DPRD.

“Berusaha keras untuk belajar, membaca ratusan literatur jurnal, bolak-balik perbaikan, menulis secara sistematis dengan logika berpikir ilmiah, menemukan novelty atau kebaruan. Sedang asyik menulis, tiba-tiba ada keperluan masyarakat yang harus di advokasi. Sedang konsen rapat dan turun ke masyarakat, tiba-tiba kepikiran disertasi,” ujar Atang, Rabu (16/3/2023).

Tak lupa, dirinya juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan support dan bantuannya selama ini, terutama para pembimbing dan keluarga. Dalam penyusunan disertasinya,  Atang dibimibing oleh pakar ekowisata Dr Ir Rinekso Soekmadi, M.Sc. F.Trop., pakar arsitektur pekarangan Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin, MS dan pakar sistem modelling Prof Dr Ir Bambang Pramudya, M.Eng.

Pada sidang promosi terbuka ini, Atang membawakan judul disertasi “Desain Kebijakan Pemanfaatan Pekarangan sebagai Kawasan Agrowisata”. Ia menilai, pekarangan yang dimiliki oleh setiap rumah tangga, sekecil apapun, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan, budaya, dan sekaligus nilai tambah ekonomi keluarga.

Penelitian tentang pekarangan selama ini lebih banyak diarahkan pada fungsi pangan. Untuk itulah, Atang berhasil mempertahankan novelty (kebaruan) disertasinya melalui konsep kawasan agrowisata berbasis pekarangan. Dirinya meneliti model pekarangan yang dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kata dia, banyak temuan di lapangan yang bisa dijadikan acuan bagi Pemerintah Daerah untuk bisa menjadikan pekarangan setiap rumah tangga bernilai lebih, baik dari sisi ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi. "Melalui pemanfaatan pekarangan sebagai kawasan agrowisata, diharapkan pelestarian lingkungan di unit terkecil masyarakat dapat berjalan sekaligus menghasilkan nilai tambah ekonomi keluarga,” ujarnya

Dalam salah satu bahasannya, Atang menemukan, enam faktor pendorong (driven factors) keberhasilan pemanfaatan pekarangan sebagai obyek dan daya tarik  agrowisata melalui analisis interpretative structural modelling (ISM), yaitu melestarikan kearifan budaya lokal, regulasi sektoral, kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan, pembiayaan bagi pengembangan agrowisata, peningkatan pengetahuan serta keterampilan SDM lokal, dan model kelembagaan yang merangsang partisipasi masyarakat.

Atang menambahkan, disertasinya tersebut dapat dimanfaatkan di Kota Bogor dan Pemerintah Daerah di berbagai wilayah di Indonesia dalam memaksimalkan fungsi dan pekarangan yang dimiliki oleh setiap rumah tangga. “Disertasi saya lokasi penelitiannya di Banyuwangi, namun sangat bisa diterapkan dan menjadi masukan semua Pemerintah Daerah karena memiliki tujuan untuk pelestarian lingkungan, budaya, dan sekaligus nilai tambah ekonomi keluarga,” imbuhnya.

Menurutnya, setiap keluarga tentu memiliki pekarangan yang bisa dimamfaatkan untuk dikembangkan. “Hal yang kecil dan terkadang luput dari pantauan (pekarangan), namun bisa kita jadikan sarana pengungkit ekonomi keluarga, sekaligus pencapaian lingkungan yang nyaman melalui pelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan kearifan lokal. Semoga dapat diimplementasikan," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement