Rabu 15 Mar 2023 00:35 WIB

Lula Janjikan Lahan pada Masyarakat Adat Brasil

Lula mengatakan ingin segera menetapkan garis batas lahan masyarakat setempat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva ingin segera menetapkan garis batas lahan masyarakat setempat
Foto: EPA-EFE/Andre Borges
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva ingin segera menetapkan garis batas lahan masyarakat setempat

REPUBLIKA.CO.ID, RAPOSA SERRA DO SOL -- Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menggelar kunjungan pertamanya sebagai presiden ke wilayah masyarakat adat hutan Amazon. Ia mendukung pembentukan wilayah baru bagi masyarakat setempat, tapi tidak mengumumkan demarkasi baru.

Mengenakan topi putih dan kemeja hitam, Lula berpidato di hadapan sekitar 2.000 masyarakat adat di Raposa Serra do Sol yang berbatasan dengan Guyana dan Venezuela. Warga mengecat wajah, memakai pakaian tradisional dan menyanyikan lagu selamat datang padanya, Senin (13/3/2023) kemarin.

Baca Juga

Lula mengatakan ia ingin segera menetapkan garis batas lahan masyarakat setempat. "Sebelum orang lain mengambil alih, membuat dokumen palsu untuk mengklaim kepemilikan," kata Lula.

Presiden Brasil itu merujuk peristiwa yang kerap terjadi di sepanjang sejarah Brasil dan mendorong dimulainya proses demarkasi setengah abad yang lalu.

"Kami harus segera melegalkan setiap lahan yang studi (demarkasi)nya hampir selesai sehingga Masyarakat Adat dapat mengambil tanah miliknya,” kata Lula di sidang umum ke-52 Masyarakat Adat Negara Bagian Roraima.

Namun Lula tidak mengumumkan penetapan lahan yang dinantikan masyarakat adat dan aktivis hak asasi manusia. Banyak yang berharap lahan yang baru akan ditetapkan di 30 hari pertama masa jabatannya yang dimulai 1 Januari lalu.

Gerakan masyarakat adat menekan Lula untuk menetapkan 13 wilayah masyarakat adat yang telah melewati semua langkah regulasi dan tidak membutuhkan apa-apa lagi selain persetujuan resmi dari presiden. Langkah ini akan menjadi perubahan tajam kebijakan Lula dari pemerintah Jair Bolsonaro yang tidak menetapkan wilayah adat selama berkuasa.

Beberapa wilayah masih menunggu izin dari presiden sejak proses demarkasi beberapa dekada yang lalu. Llu memberikan izin demarkasi Raposa Serra do Sol pada 2005 di masa jabatannya yang pertama. Berbeda dari daerah konservasi lainnya di Amazon, sebagian besar Raposa Serra do Sol merupakan pandang rumput tropis. Dihuni sekitar 26 ribu orang dari lima etnis yang berbeda.

Sejak mendapat status daerah yang dilindungi, kerap terjadi konflik antara petani padi dan masyarakat adat dan kekerasa sporadis di daerah itu. Raposa Serra do Sol menjadi studi kasus dalam tantangan lahan yang dilindungi dalam menghadapi tekanan dari luar.

Langkah Bolsonaro mengizinkan banyak pertambangan di wilayah masyarakat adat memicu kembali perpecahan masyarakat Raposa Serra do Sol mengenai cara terbaik untuk mensejahterakan daerah mereka. Pada Oktober 2021 lalu Bolsonaro mengunjungi penambangan emas ilegal dan mendorong aktivitas tersebut, ketua adat mengkritik keras pernyataan mantan presiden Brasil itu.

Dalam pertemuan dengan Lula, ketua masyarakat Yanomami Davi Kopenaw mengatakan kebutuhan masyarakatnya lebih banyak dibandingkan empat tahun yang lalu.

"Setelah kami mengusir penambang emas, kami perlu memulihkan sistem kesehatan masyarakat adat, yang telah hancur, kami harus menyelamatkan anak-anak yang ditinggalkan, saya tidak ingin ada lagi anak yang sekarat, kami membutuhkan rumah sakit di komunitas kami, penyakit masih kuat di Amazon," kata Kopenawa.

"Saya tidak ingin ada tambang di lahan Yanomami dan di wilayah Raposa Serra do Sol, tambang membunuh kami, membunuh rakyat di kota, di sungai, air di hutan, kami tidak butuh tambang berat di rumah kami," tambahnya.

Dalam pidatonya Lula mengatakan pemerintahnya akan mengusir penambang emas dari wilayah masyarakat adat. Seperti yang telah dimulai di wilayah Yanomami.

"Emas itu bukan milik siapa pun, itu ada di sana karena alam menempatkannya di sana, di lahan masyarakat adat," kata Lula.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement