Selasa 07 Feb 2023 16:33 WIB

Terangkat Saham Energi, IHSG Berakhir Menguat 0,89 Persen

IHSG konsisten bergerak di zona positif pada Selasa (7/2/2023).

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja membersihkan lantai di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona positif pada perdagangan Selasa (7/2/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja membersihkan lantai di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona positif pada perdagangan Selasa (7/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona positif pada perdagangan Selasa (7/2/2023). IHSG berakhir dengan menguat sebesar 0,89 persen atau meningkat 61,51 poin ke level 6.935,30.

Sektor energi memimpin dengan menguat lebih dari tiga persen disusul sektor perindustrian, teknologi, barang konsumsi, keuangan, kesehatan, serta barang baku. Nilai transaksi pada perdagangan hari ini mencapai Rp 10,81 triliun.

"Sentimen ekternal dan internal menopang menguatnya IHSG," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Selasa (7/2/2023). 

Dari eksternal, bursa regional Asia menguat di tengah penantian pidato sejumlah pejabat Fed pekan ini. Pasar menanti arah selanjutnya kebijakan bank sentr AS tersebut. 

 

Selanjutnya cadangan devisa Jepang di bulan Januari 2023 meningkat menjadi 1,250 triliun dolar AS. Sebelumnya cadang devisa Jepang pada Desember 2022 tercatat 1,228 triliun dolar AS. 

Dari internal, pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia memberikan indikasi solidnya ekonomi dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,31 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya 3,69 persen secara tahunan. 

Cadangan devisa Indonesia kembali surplus pada akhir Januari 2023 mencapai 139,4 miliar dilar AS meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2022 sebesar 137,2 miliar dolar AS. Cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement