Ahad 05 Feb 2023 16:05 WIB

Sebanyak 79 Ulama Dunia Hadiri Muktamar Internasional Fiqih Peradaban

NU ingin memulai satu perbincangan serius di kalangan ulama ahli fikih.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyampaikan sambutan sekaligus membuka Pameran Foto dan Dokumen Komite Hijaz di Hotel Shangri la, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (5/2/2023). Pameran foto dan dokumen tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Seni Budaya Muslimin (LSBM) dan Lembaga Talif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) dalam rangkaian acara satu abad Nahdlatul Ulama. Pameran itu mengangkat tentang kisah perjalanan KH Abdul Wahab Chasbullah dan syekh Ghanaim Al-Amir sebagai utusan pertama NU untuk menghadiri pertemuan dengan Raja Ibnu Saud tahun 1928 di  Hijaz, Arab Saudi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menyampaikan sambutan sekaligus membuka Pameran Foto dan Dokumen Komite Hijaz di Hotel Shangri la, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (5/2/2023). Pameran foto dan dokumen tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Seni Budaya Muslimin (LSBM) dan Lembaga Talif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) dalam rangkaian acara satu abad Nahdlatul Ulama. Pameran itu mengangkat tentang kisah perjalanan KH Abdul Wahab Chasbullah dan syekh Ghanaim Al-Amir sebagai utusan pertama NU untuk menghadiri pertemuan dengan Raja Ibnu Saud tahun 1928 di Hijaz, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan satu abad NU bakal dihadiri 79 ulama ahli fikih dunia. Ulama-ulama yang telah mengkonfirmasi hadir tersebut berasal dari 40 negara.

"Yang sekarang sudah hadir di sini ada sekitar 60-an ulama dari 79 yang telah mengkonfirmasi hadir. Itu dari 40 negara," kata Gus Yahya di Hotel Shangrila Surabaya, Ahad (5/2/2023).

Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang diselenggarakan kali ini, lanjut Gus Yahya, adalah yang pertama. Tetapi, ia berharap kegiatan serupa dapat terus diselelenggarakan secara reguler. Bisa digelar setiap tahun, atau minimal dua tahun sekali.

"Makanya Muktamar Internasional Fikih Peradaban ini kita kasih nama yang pertama. Biar nanti kita bikin reguler. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa gelar kelanjutannya muktamar kedua dan seterusnya setiap tahun atau sekurang-kurangnya dua tahun sekali untuk mengumpulkan ulama dari seluruh dunia," ujarnya.

Muktamar Fiqih Peradaban tersebut, kata dia, sebagai inisiasi untuk melahirkan diskursus atau wacana tentang peradaban seperti apa yang khendak dibangun ke depan. Lewat muktamar tersebut, NU ingin memulai satu perbincangan serius di kalangan ulama ahli fikih tentang bagaimana sebetulnya wawasan tentang masa depan peradaban itu dikaitkan dengan nilai-nilai syariat yang valid.

"Kita harapkan ada upaya-upaya yang sejalan dengan kegiatan ini dari ulama di negara-negara lain untuk kemudian bisa disinergikan bersama," kata Gus Yahya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement