Senin 30 Jan 2023 17:16 WIB

Kedubes Rusia Sebut Korut Cabut Perintah Lockdown di Pyongyang

Otoritas kesehatan Korut meminta misi diplomatik untuk menjaga karyawan mereka.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang diterbitkan pada 28 Juni 2022 oleh pemerintah Korea Utara, karyawan Korea Utara mendisinfeksi fasilitas di toko bawah tanah di Pyongyang, Korea Utara.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Dalam foto yang diterbitkan pada 28 Juni 2022 oleh pemerintah Korea Utara, karyawan Korea Utara mendisinfeksi fasilitas di toko bawah tanah di Pyongyang, Korea Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Korea Utara (Korut) mengatakan, Kim Jong-un telah mencabut aturan lockdown atau karantina wilayah di ibu kota, Pyongyang, Senin (30/1/2023). Pembatasan gerak dilakukan selama lima hari terakhir untuk memperlambat penyebaran apa yang dikatakan Korut sebagai penyakit pernapasan.

Kedubes Rusia mengunggah pemberitahuan pada Senin yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Korut untuk para diplomat asing. "Periode anti-epidemi khusus yang diberlakukan di Pyongyang sejak Rabu dicabut pada Senin," kata pernyataan tersebut.

Baca Juga

Pekan lalu, kedutaan mengatakan, otoritas kesehatan Korut meminta misi diplomatik menjaga karyawan mereka di dalam ruangan dan juga mengukur suhu mereka empat kali sehari. Korut juga meminta kedutaan asing melaporkan hasilnya ke rumah sakit di Pyongyang.

Dikatakan, tindakan Korut itu sebagai tanggapan atas peningkatan flu dan penyakit pernapasan lainnya. Pemberitahuan Korut pekan lalu tetap tidak menyebutkan penyebaran Covid-19 atau pembatasan yang diberlakukan pada warga negara biasa.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, mengatakan, jumlah misi luar negeri yang saat ini aktif di Korut adalah 10 atau kurang. Daftar yang mencakup adalah misi China, Vietnam, dan Kuba bersama dengan Kedutaan Besar Rusia.

Korut tidak pernah menyebut Covid-19, melainkan penyakit pernapasan dan demam. Sebab negara tersebut kekurangan tes Covid sehingga para pakar menilai wabah itu terkait dengan virus korona (Covid-19).

Membaca situasi penyakit di Korut memang sangat sulit mengingat tertutupnya negara tersebut. Terlebih dengan adanya pandemi Covid-19, sejak awal 2020, pejabat Korut memberlakukan kontrol perbatasan yang ketat, melarang turis, pekerja bantuan hingga mengeluarkan diplomat untuk berjuang melindungi sistem perawatan kesehatan yang rapuh.

Media Pemerintah Korut dalam beberapa pekan terakhir menekankan kewaspadaan terhadap kemungkinan munculnya kembali Covid-19. Surat kabar resmi Rodong Sinmun, yang sebelumnya menggambarkan kampanye antivirus sebagai 'Nomor 1' dalam urusan nasional, menyerukan warga Korut untuk mempertahankan sense of high crisis pada Senin karena Covid-19 terus menyebar di negara-negara tetangga.

Beberapa analis mengatakan, Korut dapat mengambil langkah-langkah pencegahan saat bersiap menggelar acara publik besar-besaran di Pyongyang. Citra satelit komersial baru-baru ini menunjukkan persiapan parade militer besar-besaran di Pyongyang, kemungkinan untuk peringatan 75 tahun berdirinya Tentara Rakyat Korea yang jatuh pada 8 Februari.

Acara ini dinilai sebagai kesempatan yang berpotensi digunakan Kim Jong-un untuk memamerkan koleksi misil berkemampuan nuklirnya yang terus bertambah.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement