Kamis 19 Jan 2023 13:06 WIB

DBD di Boyolali Capai Sembilan Kasus Hingga Pertengahan Januari

Kasus DBD tersebut tersebar di empat kecamatan.

Petugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan permukiman penduduk untuk mengantisipasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas melakukan pengasapan (fogging) di kawasan permukiman penduduk untuk mengantisipasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Penyakit deman berdarah dengue (DBD) berpotensi merebak pada musim hujan. Di wilayah Kabupaten Kabupaten Boyolali,  Jawa Tengah, tercatat sudah terdapat sebanyak sembilan kasus DBD hingga 17 Januari 2013.

"Pada musim hujan biasanya banyak muncul sejumlah penyakit termasuk DBD di Boyolali hingga tanggal 17 Januari 2023 sudah ditemukan sembilan kasus deman berdarah," kata Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali dr Puji Astuti di Boyolali, Kamis (19/1/2023).

Dari sembilan pasien di Boyolali itu, terdiri dari tujuh kasus DBD dan dua kasus Dengue Shock Syndrom (DSS) atau dua kasus meninggal dunia. Kasus DBD tersebut tersebar di empat kecamatan di Boyolali.

Antara lain di Teras ada dua kasus, Andong empat kasus, Juwangi dua kasus, dan Wonosamodro satu kasus. Jumlah kasus DBD pada Januari tahun ini, lebih rendah dibanding 2022 dengan periode sama sebanyak 41 kasus.

Juga lebih rendah dibanding Desember 2022 sebanyak 23 kasus. "Dua kasus DBD meninggal dunia yakni satu kasus di Kecamatan Andong, perempuan usia 24 tahun dan satu lainnya di Kecamatan Boyolali, anak laki-laki usia 1,5 tahun," kata dia.

Dikatakan, DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dijumpai di daerah tropis, seperti Indonesia, termasuk Boyolali.

Namun, Dinkes telah melakukan pengawasan secara intensif kasus DBD di daerah penularan dengan melakukan pemeriksaan epidemiologi (PE) terlebih dahulu.

Jika ada kecurigaan bahwa transmisi penularan di daerah, maka kemudian dilakukan pengasapan. Jika belum memenuhi standar pengasapan maka dilakukan gerakan pembersihan lingkungan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Menurut dia, kegiatan PSN antara lain abatesasi, gerakan kebersihan lingkungan. Jadi tidak semua kasus DBD itu, mesti harus dengan fogging (pengasapan-red).

"Kami imbau masyarakat lebih baik mencegah DBD dengan cara pembersihan lingkungan masing-masing dan gerakan PSN untuk mengantisipasi penyebaran kasus DBD di daerah itu," katanya.

Selain itu, Dinkes juga mengimbau masyarakat agar waspadai penyakit lain pada musim hujan, seperti penyakit di saluran pernafasan dan di saluran pencernakan.

Ada kemungkinan serangan ISPA atau asma kemudian diare yang biasanya masih menjadi penyakit-penyakit mungkin kasusnya akan meningkat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement