Sabtu 12 Apr 2014 04:00 WIB

Katanya, Si Jalan Tol itu Jalan Tikus?

Jalan tol Jagorawi
Foto: BUMN.go.id
Jalan tol Jagorawi

REPUBLIKA.CO.ID,  “Jalan tol adalah jalan yang digunakan sebagai jalan alternatif saat sedang terburu-buru atau dalam keadaan macet total di jalan utama. Namun, belakangan ini, jalan tol disalah gunakan. Kegunaan jalan tol merupakan jalan yang menggantikan posisi jalan utama,” papar Direkur Utama Jasa Marga, Ir. Adityawarma dalam seminar “Jasa Marga Goes to Campus” di Universitas Siswa Bangsa Indonesia (USBI).

Pembangunan infrastruktur jalan harusnya menjadi perhatian pemerintah yang tak bisa dikesampingkan. Apalagi tantangan ACFTA (ASEAN Free Trade Area) yang menuntut perbaikan infrastruktur jalan. Di beberapa wilayah pembangunan infrastruktur jalan tol masih  memiliki masalah yang klasik.

Masalah-masalah itu diantaranya adalah masalah kebirokrasian seperti peraturan, pembebasan lahan dan investasi. Permasalahan-permasalahan inilah yang membuat pembangunan jalan tol terkendala dan bertambah lambat. Karena itu beberapa waktu lalu presiden menerbitkan Perpres Nomor 13 tahun 2010 tentang kerja sama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

Padahal Indonesia menurut Adityawarman adalah bangsa yang berpotensi untuk maju. Namun lanjutnya, masalah birokarasi yang berbelit seringkali membuat bangsa ini agak tertinggal. Contohnya, Malaysia pernah belajar dengan Indonesia soal infrastruktur namun kini Indonesia yang justru tertinggal dari Malaysia. Indonesia baru mampu membangun kurang lebih 755 kilo meter jalan tol sedangkan Malaysia sudah mencapai lebih dari seribu kilometer.

Adityawarman sendiri bercerita soal kendala yang sering dihadapi oleh Jasa Marga sebagai investor kala membangun jalan tol. Hambatan paling besar menurutnya adalah pembebasan lahan warga. Pembangunan 22 ruas jalan tol sepanjang 1.010 kilometer selama 2004-2009 misalnya, hanya selesai 14 persen dari total panjang ruas akibat kendala lahan.

Pembebasan tanah juga menjadi persoalan utama yang dihadapi para investor. Jika menilik negara lain, Malaysia dan Cina misalnya, pembebasan lahan jalan tol dilkukan oleh pemerintah setempat bukan investor yang membangun jalan.

Penggunaan jalan tol sebagai jalan alternatif tentu akan menambah beban jalan dari yang sudah direncanakan. Sehingga yang awalnya merupakan jalan tikus sudah berubah menjadi jalan buntu.

Karena itu sebelum menggunakan jalan tol selidiki dahulu kegunaan dari jalan tol itu sendiri.

Jangan karena sudah membayar jadi seenaknya. Pemikiran itulah yang akan menghancurkan infrastruktur alias menghancurkan bangsa negara senidri, katanya si cinta bangsa tapi tol dijadikan jalan favorit.

   

Penulis: Dina Monalisa – Universitas Siswa Bangsa Indonesia (USBI)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement