Selasa 08 Jan 2013 15:05 WIB

Bagi Siska, Broken Home dan Penyakit Bukan Halangan

Anak akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu orang yang berarti dalam hidupnya akibat perceraian (ilustrasi)
Foto: DIVORCELAWYERS.COM
Anak akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu orang yang berarti dalam hidupnya akibat perceraian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BEKASI -- Ada seorang gadis bernama Siska (21). Ia sejak kecil ditinggalkan ibunya. Siska tinggal di Kranji, Kelurahan Jaka Sampurana, Bekasi Barat.

Siska tinggal bersama ayah dan adiknya yang berusia 17 tahun. Orang tuanya berpisah karena masalah ekomoni. Ibunya meminta cerai dan pergi meninggalkan kedua anaknya.

Saat ini Siska bekerja di sebuah toko ponsel untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Ia juga membiayai adiknya yang masih duduk di bangku SMA. Sedangkan ayahnya hanya seorang tukang becak di daerah Kranji.

Selain untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan adiknya, Siska juga harus membiayai pengobatan untuk penyakit kulit yang dideritanya. Dan itupun tidak murah.

Siska tak pernah lelah menghadapi kehidupannya. Banyak sahabat yang selalu mendukungnya. Menurutnya broken home bukanlah halangan untuk maju.  “Aku selalu semangat dalam menjalani kehidupan aku sehari-hari. Karena aku selalu merasa diriku penting untuk keluarga. Aku nggak perduli dengan omongan orang yang melihat ku sebelah mata,” Kata Siska.

Tak sedikit orang yang selalu mencemooh dirinya karena melihat kulitnya yang bercak merah seperti melepuh. Bahkan ada pula yang tak mau mendekatinya. “Saya bangga dengan anak saya sebagai pengganti ibu dan ia sangat bantu saya,” kata Abdul, ayah Siska.

Ayahnya juga selalu bilang kalau Siska cape dan menggobati penyakitnya lebih baik ayahnya menikah lagi. Tapi Siska selalu menolak. Menurutnya itu justru akan semakin menambah beban ayahnya dan keluarga.

Penulis: Putri Wiliyani – Ilmu Komunikasi, Universitas Islam 45 Bekasi

sumber : Unisma
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement