Sabtu 12 Apr 2014 07:00 WIB

'Nebeng', Pilihan Diantara Kemacatan

Nebengers
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Nebengers

REPUBLIKA.CO.ID,  DEPOK -- Bekasi merupakan salah satu kota terbesar di Jawa Barat. Berdasarkan sensus penduduk ditahun 2010 Bekasi dihuni sebanyak 2.334.871 jiwa. Dan lebih dari 60 persen warganya melakukan aktivitas di Jakarta. Hal ini tentu menjadi salah satu faktor mengapa keadaan Ibukota selalu padat kendaraan di jam-jam sibuk.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pridarsono  mengungkapkan, dari total warga Bekasi yang melakukan aktivitas di Jakarta, 29 persennya adalah pengguna mobil pribadi dengan total 123.093 perjalanan. Mobil pribadi memiliki presentase kedua tersebar setelah motor sebagai kendaraan yang digunakan untuk mobilisasi warga Bekasi.

Perjalanan dari Tambun, Bekasi Utara ke Salemba Jakarta Pusat misalnya. Jika menggunakan kendaraan umum butuh waktu hingga dua jam lamanya. Berbeda jika menggunakan moda angkutan pribadi, dengan mengakses jalan tol perjalanan hanya butuh waktu satu jam. Efisiensi waktu tersebut menjadi alasan utama mengapa banyak yang memilih mobil pribadi sebagai kendaraan untuk mobilisasi.

Di sinilah peran jalan tol sangat dibutuhkan masyarakat urban yang menginginkan perjalanan cepat dan menghemat waktu. Namun, ketika jam-jam sibuk, jalan bebas hambatan ini memiliki kendala yang sama dengan jalan non tol, macet. Menurut Direktur Operasional PT Jasa Marga Tbk Hasanuddin, kapasitas jalan bebas hambatan ini sekarang sudah tidak lagi sesuai dengan jumlah kendaraan yang ada.

Di tol sekitar Jabodetabek dan Bandung misalnya, ada sebanyak 3,2 juta transaksi per hari. Sedangkan kapasitas sebenarnya hanya sebesar 2,4 juta. Ini berarti ada kelebihan kapasitas sebesar 800 ribu kendaraan yang ditampung. Overcapacity ini menyebabkan kemacetan yang tidak dapat dihindari.

Menyadari hal ini muncullah komunitas Nebengers. Tujuannya, mengurangi kemacetan dengan cara saling tebeng antar pengendara kendaraan bermotor. Dialah Andreas Aditya dan Maria Stefany yang menggagas gerakan nebeng-menebeng. Komunitas ini bahkan mulai ramai dibicarakan di media sosial.

“Melintasi macetnya lalu lintas Jakarta yang dihuni oleh mobil-mobil ‘berpenghuni’ satu dua orang dan motor yang hanya dikendarai sendiri. Padahal, banyak dari mereka memiliki tujuan sama. Keresahan ini membuat kami mengibarkan Nebengers, tanggal 7 Desember 2011,” seperti dikutip dari websitenya, www.nebengers.com.

Bila setiap pengguna kendaraan yang menggunakan akses tol menerapkan sistem nebeng, tentu ini akan lebih memaksimalkan penggunaan kendaraan. Sehingga akan mengurangi volume kendaraan yang memasuki jalan tol. Selain mengurangi kemacetan, sistem nebeng juga akan jauh lebih efisien mengurangi polusi udara di Ibukota.

Warga yang memiliki mobilitas tinggi seperti warga Bekasi akan lebih menghemat waktu mereka untuk sampai ke tempat tujuan dan produktivitas kerja akan menjadi lebih meningkat.

Penulis: Muhammad Julnis Firmansyah – Sastra Indonesia, FIB Universitas Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement