Sabtu 01 Jun 2013 08:01 WIB

Pekerjaan Mencari Paku Bekas

Paku (Ilustrasi).
Paku (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- “Paku bekas, tembaga dan besi kuningan disebut juga dengan barang rongsokan” tampaknya sudah tidak asing lagi bagi warga yang tinggal di Kapuk, Kebun Sayur. Untuk menafkahi keluarga, kerja apa saja yang penting halal”, kata Warmin mengawali kisahnya.

Warmin seorang lelaki berusia 46 tahun. Ia warga Kapuk Kebun Sayur. Ia memiliki tiga orang anak. Setiap hari ia berkeliling mencari paku bekas. Ia tak sendirian. Ada ratusan pencari barang rongsokan lainnya yang setiap hari keliling mencari paku bekas.

Para pengais barang rongsok ini cukup hanya bermodalkan besi magnet bekas, ember atau karung bekas, pengorek yang terbuat dari besi bekas yang merupakan alat utama untuk mengorek sekaligus mengumpulkan paku. Bahkan, mereka hanya menggunakan sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari.  Tidak lupa, sebotol air minum untuk melepas dahaga mereka disaat haus di bawah terik matahari yang sangat panas.

Setiap hari Warmin bersama rekan-rekannya pergi keliling dari rumah menuju ke tempat-tempat pembakaran sampah yang satu ke tempat pembakaran sampah lainnya, terkadang mereka juga menunggu pembuangan limbah dari pabrik yang ada di sekitar  Grogol, Cengkareng, Penjaringan , Kembangan dan sekitar proyek-proyek perumahan untuk mencari paku bekas dan barang rongsok guna menyambung kehidupan keluarga dan membiayai sekolah anak-anaknya.

''Saya pergi pagi dan pulang sore keliling sekitar Jakarta Barat yang hasilnya setiap hari hanya pas-pasan untuk kebutuhan hidup”, tutur Warmin.

Warmin sudah menggeluti pekerjaan ini sejak enam tahun lalu. Setiap hari, tak bosan-bosannya dia mencari paku bekas. Hasilnya dikumpulkan dan terkadang satu pekan sekali ia menyetorkan hasil pencariannya ini kepada pengepul. Kalau dihitung-hitung, penghasilan perharinya bisa mencapai  Rp. 150.000,  dan penghasilannya dalam 1 minggu bisa mencapai  Rp. 450.000. Itu semua tergantung dari banyaknya barang rongsokan yang terkumpul untuk dijual.

Berbagai pengalaman sudah dijalani oleh Warmin bertahun-tahun dalam pekerjaan ini. Pahit manisnya sudah banyak dirasakan. Ia tetap ikhlas dalam menjalani pekerjaannya. Tidak sedikitpun ia mau menghentikan pekerjaan ini, karena ini sudah menjadi kewajibannya sebagai kepala keluarga.

Dari pekerjaan keliling mencari barang rongsokan ini, ia memiliki banyak teman. Bahkan Warmin juga bisa membiayai anaknya yang pertama sampai di bangku kuliah. Anak keduanya sekarang duduk di bangku SMA. ''Entah sampai kapan pekerjaan ini saya tekuni, saya sendiri belum tahu”, ungkapnya, menerawang.

Penulis: Ika Aprilia Retnani (Mahasiswi Universitas Budi Luhur)

sumber : UBL
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement