Sabtu 19 May 2012 16:03 WIB

Secuil Asa di Ibukota

Syamsuri dan Istri di depan Kampus LP3I Kramat Jakarta Pusat
Foto: dok pri
Syamsuri dan Istri di depan Kampus LP3I Kramat Jakarta Pusat

REPUBLIKA.CO.ID, Hidup di Jakarta ini susah-susah gampang. Penggalan kalimat yang tak asing lagi ditelinga kita, namun bagi mereka yangg kerja keras dan bersungguh-sungguh pasti bisa menikmati keras dan indahnya kehidupan di kota metropolitan ini.

Syamsuri (45 th) warga asli Tegal salah satu contohnya. Bapak dua orang anak ini telah merantau ke Jakarta semenjak usianya terbilang cukup muda, 14 tahun. 

Setahun terakhir, Syamsuri menjajakan dagangannya  di depan kampus LP3I, Kramat Raya Jakarta Pusat. Bersama istri tercinta, hampir setiap hari dari pukul 11.00 hingga 23.00 WIB  mereka duduk menjaga dagangan. Syamsuri membuka lapak setiap hari kecuali hari Ahad karena mahasiswa libur. Menurutnya kebanyakan pembeli adalah mahasiswa dan karyawan kampus.

Lapak, gerobak dan barang dagagan bukan sepenuhnya milik Syansuri, ia hanya sebagai karyawan yang menjajakan dagangan dengan dibatasi kurang lebih selama 5 bulan. “Pemilik warung ini adalah seorang satpam di LP3I, Pak Rasmono namanya” jelas Syamsuri.

“Jadi Pak Mono tetap manjadi satpam dan ia menyewa orang untuk menjaga dagangannya ini”, lanjut bapak kedua anak ini. Karena karyawan Mono sakit, Syamsuri mengambil kesempatan ini, yang sebelumnya selama 10 tahun, ia menekuni pekerjaannya sebagai tukang ojek.

Meski tak seberapa penghasilan yang ia peroleh setiap harinya, ia selalu bersyukur dan tersenyum pada pembeli, terkhusus pada mahasiswa yang tak jarang  mereka pada ngutang. “Bagi aku tidak ada penyesalan mas, karena saya menolong, maklumlah mas kan mahasiswa, ada yang belum dikirimin uang atau lagi gak ada uang” jelas Syamsuri polos.

“Tapi kalau lagi rugi, saya malah nombok mas, kadang sampe jeblok. Di Jakarta ini saya numpang hidup, daripada lontang lantung gak ada kerjaan, pikiran jadi gak jelas, mending saya jualan ini mas”, begitulah pengakuan Syamsuri .

Meskipun demikian Syamsuri dan istrinya tidak pelit atau perhitungan, jika ada yang membeli rokok satu atau dua batang mereka dengan ikhlas mereka tidak mencacatnya, mereka hanya mencacat jika rokok yg dibeli mencapai setengah bungkus atau satu bungkus.

Bagi beliau berdagang bukanlah mencari keuntungan semata, namun jiwa sosial lebih dikedapankan apalagi yang sebagian besar konsumennya adalah mahasiswa.

Meskipun demikian ia tetap tulus mejalankan kehidupan ini, ia pun tidak tahu apakah besok Syamsuri bersama istrinya masih berjualan di depan kampus atau tidak, karena batas waktu yang diberikan empunya sudah melewati batas, Bagiku engkau adalah pahlawan. Yah pahlawan bagi keluargamu dan mahasiswa.

Oleh M Hadid (Peserta Rol to Campus LP3I)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement