Kamis 10 Apr 2014 06:00 WIB

Tantangan Pembangunan Jalan Tol Indonesia Timur

Pemandangan jalan tol Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua difoto dari udara di Perairan Teluk Benoa, Nusa Dua, Bali.
Foto: Antara/Satya Bati
Pemandangan jalan tol Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua difoto dari udara di Perairan Teluk Benoa, Nusa Dua, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Transportasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kelancaran dalam bertransportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mempermudah urusan dan berinteraksi dengan masyarakat lain. Kelancaran bertransportasi tentu harus ditunjang dengan melakukan pembangunan. Salah satunya adalah pembangunan jalan tol.

Di Indonesia jalan tol pertama kali dibangun pada tahun 1987. Kala itu pembangunan dipelopori oleh PT Jasa Marga. Tol pertama yang dibuat adalah tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi). Lalu menyusul pembangunan tol Rajamandala, disusul dengan pembangunan tol Tallo lama dan tol Wonokromo yang dibangun tahun 1981.

Sampai saat ini pembangunan jalan tol masih terus berlangsung. Sayangnya pembangunan jalan tol masih berpusat di wilayah Jawa. Di wilayah timur, Papua, Ternate dan Maluku belum mendapatkan keuntungan fasilitas jalan tol.

Ada beberapa hal yang melandasi mengapa pembangunan belum merambah Indonesia timur. Seperti dikutip beberapa sumber misalnya, pemilihan rute yang  mensyaratkan tidak boleh melewati daerah tertentu (konflik kepentingan masyarakat setempat),  daerah pemukiman yang harus dihindari, serta beberapa pertimbangan tentang ekologi lingkungan. 

Aktivitas manusia dan perputaran uang yang masih berpusat di wilayah Jawa juga ditengarai sebagai alasan utama. Hingga akhirnya pembangunan jalan tol masih berfokus di daerah ini.

Padahal kualitas infrastruktur jalan di wilayah timur masih terbilang sangat rendah jika dibandingkan dengan pulau Jawa. Biaya perawatan yang besar di wilayah Timur  menjadikan kualitas jalan raya di wilayah ini sangat rendah. Di Papua dibutuhkan kira-kira Rp 2,2 triliun untuk merawat jalan.

Jika tantangan-tantangan yang telah disebutkan sebelumnya dapat teratasi, maka beberapa  kekurangan di daerah Indonesia Timur dapat teratasi pula. Seperti meminimalisir gejolak-gejolak  sosial, memperkuat keamanan dalam bertransportasi, serta memperlancar jalur perekonomian  Indonesia Timur yang disebabkan karena sulitnya distribusi hasil bumi dari produsen ke konsumen .

Penulis: Mordekhai –  Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement