Selasa 13 Dec 2022 05:44 WIB

Museum Seni Islam Doha Terima Pengunjung Piala Dunia

Qatar menawarkan pengunjung piala dunia dengan aspek warisan Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Orang-orang berjalan di luar Museum Nasional Qatar selama turnamen sepak bola Piala Dunia di Doha, Qatar, Rabu, 7 Desember 2022.
Foto: AP Photo/Natacha Pisarenko
Orang-orang berjalan di luar Museum Nasional Qatar selama turnamen sepak bola Piala Dunia di Doha, Qatar, Rabu, 7 Desember 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar saat ini tengah menggelar agenda dunia, Piala Dunia 2022. Sebagai tuan rumah beragam koleksi di Museum Seni Islam (MIA) Doha, negara ini juga menawarkan pecinta sepak bola untuk mengintip beragam aspek warisan Muslim.

Beberapa karya yang ditampilkan adalah sebuah zamrud bertuliskan untuk seorang kaisar Mughal, karpet wol rajutan periode Safawi, serta tirai era Ottoman yang dihiasi sulaman rumit menggunakan benang logam. Tirai tersebut diketahui merupakan bagian dari penutup Ka'bah.

Baca Juga

Di ibu kota yang menyimpan begitu banyak hal baru, museum ini berupaya menampilkan berbagai hal lama dan bersejarah. Dengan penggemar sepak bola dari seluruh dunia berduyun-duyun datang ke Qatar, kisah yang diceritakan museum itu kini memiliki lebih banyak pendengar.

Beberapa hari belakangan ini, pengunjung yang kebanyakan mengenakan kaus sepak bola atau syal, berdatangan dan berhenti untuk mengambil foto, memeriksa objek pameran, membaca label, maupun melihat-lihat rak yang dipenuhi buku dan suvenir.

Pejabat Qatar mengatakan mereka berharap turnamen ini akan membantu memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pengunjung tentang budaya mereka dan wilayah yang lebih luas. Tuan rumah Piala Dunia tersebut telah menghadapi kritik keras atas masalah hak, termasuk perlakuan terhadap pekerja migran, sekaligus tuduhan "mencuci olahraga" atau mencoba menggunakan prestise acara untuk mengubah citranya.

Olahraga bukan satu-satunya area di mana Qatar, sebuah negara kecil dengan ambisi besar dan kekayaan yang melimpah, berusaha meninggalkan jejaknya sebagai bagian dari pencarian pengaruh global. Negara ini juga memiliki mimpi mengukir namanya di arena budaya dan seni, termasuk dengan museum seperti MIA.

“Kami memiliki ambisi menunjukkan budaya Islam dalam segala keragamannya dan juga menunjukkan perbedaan regional. Idenya benar-benar untuk pendidikan, keragaman, juga untuk membangun masyarakat di luar minyak dan gas," kata Direktur MIA, Julia Gonnella, dikutip di Daily Sabah, Selasa (13/12/2022).

Ia menyebut keberadaan museum ini menarik pengunjung Muslim dan non-Muslim. Adapun "penonton pertama" MIA adalah orang-orang yang tinggal di Qatar.

Dirancang oleh arsitek terkenal I.M. Pei, kompleks MIA memiliki tampilan yang mengesankan sekaligus sederhana, dengan lokasinya di tepi laut, eksterior berwarna cerah, serta garis arsitektur yang tajam dan bersih. Bentuk geometris dan motif Islami tampak di dalamnya.

Jendela-jendela menghiasai area sekitarnya dengan pancaran sinar matahari, sekaligus memberikan pemandangan gedung-gedung modern yang menjorok ke langit di seberang.

Koleksi museum ini meliputi logam, keramik, kayu dan tekstil. Barang-barang yang dipamerkan termasuk perhiasan, manuskrip Alquran, kitab suci umat Islam, baju besi dan senjata.

Museum ini juga menawarkan sekilas tentang kepercayaan dan ritual keagamaan. Pengunjung dapat membaca tentang lima rukun Islam, pengakuan iman, doa, sedekah, puasa dan haji atau ziarah, atau belajar tentang ritual haji dan praktik pemakaman yang berbeda di dunia Islam.

Awalnya musium ini sempat dibuka pada 2008, namun kemudian ditutup pada April 2021. Ia dibuka kembali sebulan sebelum Piala Dunia, dengan materi interpretasi yang diperluas guna membantu memberikan lebih banyak konteks dari barang-barang yang dipamerkan.

Sebuah pameran sementara berjudul "Baghdad: Eye's Delight" dibuat untuk merayakan ibu kota Irak sebagai salah satu "kota paling penting dan berpengaruh di dunia Islam" dan menyoroti perannya sebagai kota "kekuasaan, beasiswa dan kekayaan" menurut museum. Pameran ini menampilkan benda-benda pinjaman dari institusi terkenal dunia.

Rob Humphreys, salah satu pengunjung dari Wales, mengatakan dia sangat senang melihat Baghdad dari sudut yang berbeda. Di Eropa, ia menyebut banyak orang yang mengasosiasikan Baghdad dengan perang dan invasi.

"Belajar tentang betapa pentingnya Bagdad sebagai kota budaya, ilmu pengetahuan dan perdagangan, sangat menarik," kata dia.  

Sumber:

https://www.dailysabah.com/arts/dohas-islamic-art-museum-hosts-world-cup-visitors-unfurling-heritage/news

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement