Kamis 17 Nov 2022 14:22 WIB

LSM Malaysia Berikan Kegiatan Edukasi di Turki kepada Pengungsi Suriah

Pendidikan berupa rangkaian kegiatan seperti berkebun.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Pengungsi Suriah duduk di belakang truk di samping barang-barang mereka, saat mereka menunggu di titik berkumpul untuk menyeberangi perbatasan pulang ke Suriah, di kota perbatasan Lebanon timur Arsal, Lebanon, Rabu, 26 Oktober 2022.
Foto: AP/Hussein Malla
Pengungsi Suriah duduk di belakang truk di samping barang-barang mereka, saat mereka menunggu di titik berkumpul untuk menyeberangi perbatasan pulang ke Suriah, di kota perbatasan Lebanon timur Arsal, Lebanon, Rabu, 26 Oktober 2022.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dua lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Malaysia membantu pengungsi Suriah dengan pendidikan di Turki. Pendidikan berupa rangkaian kegiatan seperti berkebun dan edukasi mendaur ulang sampah.  

Dilansir di Daily Sabah, Selasa (15/11/2022), akses kegiatan pendidikan itu diselenggarakan untuk anak yatim oleh dua organisasi nirlaba tersebut, di Istanbul, akhir pekan lalu. Kegiatan itu bertajuk "Kunjungan ke Panti Asuhan," itu diselenggarakan oleh LSMp Malaysia My Fund Action yang bekerja sama dengan Alsham Foundation. Anak-anak dan ibu mereka diundang ke Taman Recep Tayyip Erdogan, di Esenyurt, untuk berbagi momen kebahagiaan dengan anak yatim piatu dan janda para martir perang sipil Suriah.

Baca Juga

Menurut Petugas Statistik dan Jaminan Alia Fares Kassabbashi, seorang bocah lelaki berusia lima tahun yang menderita trauma psikologis setelah kehilangan ayahnya dan kemudian melarikan diri ke Turki bersama ibunya dan tinggal di negara itu sebagai pengungsi pada awal 2019, sekarang tinggal di Istanbul dan menerima pendidikan yang diperlukan dari Alsham Foundation.

"Yayasan kami adalah organisasi sosial yang mensponsori, mendidik, melatih, dan merehabilitasi ibu dan anak penyandang disabilitas yang melarikan diri dari perang sipil Suriah. Kami bertujuan untuk mengurangi beban yang dibebankan pada warga lanjut usia, pemuda yang kurang mampu, dan kelompok berpenghasilan rendah," kata Kassabbashi.

Dia menyebut, Turki telah mengambil beberapa langkah positif untuk memenuhi kewajibannya dengan mencabut hambatan hukum terhadap akses anak-anak Suriah ke pendidikan formal. Namun, kata dia, anak-anak Suriah menghadapi kendala bahasa di sekolah berbahasa Turki pada awalnya.

"Jadi kami memberikan kelas bahasa Turki kepada anak-anak dan ibu mereka untuk memudahkan kehidupan sosial dan akademik mereka,” kata Koordinator Internasional Organisasi Ali Ahmad.

Sementara itu organisasi tuan rumah Malaysia dikelola oleh orang-orang muda dan mempromosikan cinta dan antusiasme melalui filantropi dan kewirausahaan. Organisasi tersebut berupaya memenuhi pasokan makanan global, bantuan medis, dan kebutuhan pendidikan, terutama bagi korban perang dan zona konflik.

Anak-anak terlibat dalam kegiatan daur ulang dan berkebun di mana mereka mengumpulkan botol plastik dan menciptakan tanaman yang luar biasa. Tak hanya itu, mereka diajari nilai energi hijau dan Proyek Nol Limbah untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Sementara para ibu memasak, kata dia, mereka menggunakan teknik yang mereka pelajari di sekolah.

"Semua kegiatan ini tidak hanya menghibur anak-anak tetapi juga meningkatkan kesehatan psikologis mereka," ujarnya.

Berdasarkan catatan dia, sekitar 75 persen dari siswa program tersebut memiliki tantangan psikologis, dan 25 persen memiliki kecacatan. Di akhir acara, para ibu menerima pesan yang menjelaskan bahwa mereka tidak sendirian karena Turki dan Malaysia akan berdiri di samping mereka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement