Senin 18 Jul 2022 06:03 WIB

Wagub Jabar: Banjir Bandang Garut Akibat Alih Fungsi Lahan

Hutan lindung dipakai untuk hutan produktif, pembangunan dan lainnya.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Wagub Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, meninjau wilayah terdampak banjir di Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ahad (17/7/2022).
Foto: Tim Media Wagub Jabar
Wagub Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, meninjau wilayah terdampak banjir di Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ahad (17/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum, mengunjungi wilayah yang terdampak bencana di Kampung Dayeuh Handap, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ahad (17/7/2022). Kampung Dayeuh Handap itu merupakan salah satu yang terdampak banjir bandang terparah di Kabupaten Garut .

Menurut Uu, peristiwa banjir bandang yang menerjang sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut disebabkan adanya alih fungsi lahan di wilayah hulu sungai. Ia menilai, apabila di wilayah hulu tak terjadi kerusakan, air sungai tak akan meluap ke permukiman warga.

"Informasi yang kami terima, ada pembabatan hutan, kemudian hutan lindung dipakai untuk hutan produktif, pembangunan dan lainnya," kata dia di Kabupaten Garut, Ahad (17/7/2022).

Dia mengimbau warga, terutama yang tinggal di wilayah hulu sungai, untuk menjaga kondisi alamnya. Pasalnya, wilayah hulu sungai sejatinya merupakan daerah resapan air.

 

"Jangan melakukan tindakan yang berpotensi menimbulkan bencana. Meski di hulu tak terjadi bencana, dampaknya itu di hilir sungai," ujar Uu.

Dia menyebutkan, pemerintah tak melarang warga di wilayah hulu untuk memanfaatkan kondisi alam yang ada di sekitarnya. Namun, pemanfaatannya juga harus rasional.

Anggota DPRD Kabupaten Garut, Yudha Puja Turnawan, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut dapat serius dalam mencegah terjadinya alih fungsi lahan. Penyataan itu dilontarkannya usai 14 kecamatan di Kabupaten Garut terdampak bencana banjir dan longsor pada Jumat (15/7/2022).

"Saya berharap Pemkab Garut serius mencegah alih fungsi lahan di kawasan hulu sungai. Kemudian di daerah yang kemiringannya diatas 15 derajat harus banyak tanaman tegakan," kata dia, Ahad (17/7/2022).

Menurut dia, keberadaan destinasi wisata dan desa wisata juga harus dalam pengawasan ketat. Sebab apabila pertumbuhan desa wisata tak diawasi, area tangkapan air di wilayah hulu sungai dapat berkurang.

Dia menilai, berkurangnya tanaman tegakan di area tangkapan air akan sangat memengaruhi debut air sungai. Ketika tamanam tegakan minim, ketika hujan besar, air tidak tertahan dan mengalir ke daerah aliran sungai, bisa menyebabkan banjir bandang.

Sebelumnya, kejadian bencana banjir dan longsor terjadi di sejumlah kecamatan Kabupaten Garut. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Garut sendiri, sementara ini terdapat 32 desa/kelurahan di 14 kecamatan yang terdampak bencana banjir dan longsor. Wilayah kecamatan yang terdampak adalah Cikajang, Garut Kota, Tarogong Kidul, Bayongbong, Karangpawitan, Banyuresmi, Cilawu, Cibatu, Banjarwangi, Talegong, Pasirwangi, Tarogong Kaler, Samarang, dan Cigedug.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement