Kamis 21 Feb 2019 15:01 WIB

Imunisasi Lawan Hoaks melalui Gerakan Literasi

Imunisasi hoaks lewat literasi sejalan dengan program Gerakan Literasi Kemendikbud

Seorang warga membubuhkan tanda tangan untuk mendukung Pemilu 2019 anti hoax saat berlangsung Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Ahad (10/2/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang warga membubuhkan tanda tangan untuk mendukung Pemilu 2019 anti hoax saat berlangsung Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Ahad (10/2/2019).

Dewasa ini berbagai macam berita hoaks telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Tanpa disadari kita dikelilingi oleh berbagai informasi hoaks.

Banyak orang menganggap hoaks sebagai sesuatu hal yang sepele,rata-rata kita tidak pernah menyadari bahwa hoaks menyimpan potensi permasalahan yang sangat besar. Berita hoaks dapat mengganggu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Banyak orang ingin dianggap pintar dan menunjukkan identitas dirinya di berbagai komunitas dengan cara membagikan berbagai informasi tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut, hal inilah yang menyebabkan penyebaran hoaks menjadi sangat cepat.

Dengan adanya kemajuan teknologi, hoaks dan media sosial menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan, peranan media sosial dalam penyebaran hoaks menjadi sangat vital. Melalui media sosial, masyarakat saling terhubung dan berbagi berbagai macam informasi.

Banyak manfaat yang bisa diambil dengan adanya media sosial ini, akan tetapi dampak negatif dengan adanya media sosial seperti penyebaran hoaks juga tidak bisa dihindari. Saat ini media sosial digunakan secara bersamaan untuk menyebarkan berita hoaks, cara penyebaran seperti ini menyebabkan sebuah berita hoaks dapat dengan mudah menjadi viral. 

Kata viral didefinisikan sebagai hal-hal yang mudah menyebar di internet, sedangkan dalam dunia kesehatan kata viral disebut sebagai suatu hal yang berhubungan dengan virus. Penyebaran hoaks yang sangat cepat dan luas melalui internet disebut sebagai viral karena pola penyebarannya mirip dengan penyebaran virus.

Jadi hoaks bisa diibaratkan seperti virus yang mudah menyebar dan sangat berbahaya. Berbeda dengan bakteri yang bisa dimatikan dengan antibiotik,pengobatan untuk infeksi virus lebih sulit untuk dilakukan.

Cara yang paling efektif untuk mengalahkan virus adalah dengan meningkatkan kekebalan tubuh yaitu melalui pemberian vaksin atau disebut sebagai imunisasi. Melalui imunisasi, sistem imun tubuh akan membentuk antibodi yang dapat memberikan perlawanan jika ada virus yang masuk ke dalam tubuh.

Seperti halnya virus di atas, hoaxjuga tidak mudah untuk dimatikan. Tidak ada obat yang benar-benar sanggup untuk menghilangkan hoax.Secanggih dan semahal apapun cara dan alat yang digunakan untuk mematikan hoax, hoax akan selalu berevolusi dangan cara baru dan menjadi lebih canggih.

Oleh karena hal tersebut, perlu digunakan cara yang lain untuk mengalahkan hoax sebagaimana cara yang digunakan untuk mengalahkan virus yaitu menggunakan imunisasi hoax. Melalui imunisasi hoax masyarakat tidak dihindarkan dari penyebaran hoax tetapi masyarakat diedukasi agar memiliki antibodi untuk melawan hoax.

Dengan cara ini masing-masing individu di masyarakat tidak akan mudah untuk terinfeksi virus hoax sehingga tidak akan menularkan virus hoax tersebut kepada orang lain. Ketika hal ini terjadi, mata rantai penyebaran hoax akan terputus dan akhirnya virus hoax akan mati dengan sendirinya.

Imunisasi hoax yang dapat digunakan adalah dengan memaksimalkan gerakan literasi. Hasil penelitian dari Programme for International Student Assessment (PISA) pada beberapa tahun terakhir menyebutkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia termasuk dalam urutan terendah. Ini mengkonfirmasi bahwa rendahnya budaya literasi di Indonesiamemberikan peranan penting dalam peyebaran hoax.

Imunisasi hoax melalui gerakan literasi bisa digunakan sebagai cara utama untuk mengalahkan virus hoax. Imunisasi hoax melalui gerakan literasi bisa dilaksanakan selaras dengan Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Melalui gerakan literasi, masyarakat diajari untuk melek informasi sehingga tidak mudah terinfeksi virus hoax.Terdapat berbagai macam gerakan literasi yang bisa digunakan untuk menangkal penyebaran berbagai jenis hoax, macam-macam gerakan literasi tersebut adalah sebagai berikut.

Budaya Membaca

Gemar membaca merupakan gerbang untuk melek informasi. Dengan memiliki informasi yang cukup masyarakat bisa melihat setiap permasalahan dari berbagai sudut pandang sehingga mereka bisa melakukan penilaian terhadap suatu permasalahan dengan tepat.

Ketepatan dalam mengolah informasi akan memudahkan dalam mengidentifikasi hoax.Dengan membaca dan memahami setiap berita secara keseluruhan makamasyarakat dapat mengerti inti dari berita yang disajikan sehingga tidak mudah terprovokasi oleh berbagai jenis hoax seperti jenishoax isi maupun hoax judul.

Cek sebelum menyebarkan

Cek sebelum menyebarkan sudah sering dikampanyekan untuk melawan hoax akan tetapi edukasi tentang cara melakukan pengecekan yang masih kurang. Melalui gerakan literasi, masyarakat diajarkan cara melakukan pengecekan terhadap setiap informasi yang diperoleh mulai dari cara yang sederhana sampai dengan cara pengecekan yang lebih mendalam. Dengan mengecek lebih lanjut masyarakat dapat mengetahui ketika sebuah berita dimanipulasi.

Sebagai contoh, setiap informasi yang tersebar melalui Whatsapp (WA) dapat dengan mudah ditelusuri kebenarannya, cukup dengan mengunakan google search maka akan keluar banyak informasi terkait berita tersebut. Contoh lainya ketika ada informasi yang mencatut sumber institusi tertentu, masyarakat bisa melakukan pengecekan langsung ke website atau media sosial dari institusi bersangkutan.

Pengecekan lebih mendalam dapat dilakukan ketika masyarakat sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pengecekan dari berbagai sumber termasuk menggunakan berbagai sumber ilmiah seperti jurnal-jurnal nasional dan internasional sebagai bahan rujukan.

Maksimalkan sosial media

Pengecekan informasi menggunakan banyak sumber sangat penting.Upaya pengecekan informasi dari banyak sumber bisa dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan media sosial. Media sosial merupakan cara yang paling ampuh untuk melakukan pengecekan terhadap suatu informasi.

Dalam suatu kasus tertentu, pengguna media sosial akan terbagi menjadi dua kubu yang berseberangan. Setiap kubu akan berusaha untuk mempertahankan pendapatnya dengan menyertakan berbagai sumber rujukan baik berupa infografis, data maupun sumber lainnya. Dari sini masyarakat bisa melakukan pengecekan, membandingkan sumber-sumber informasi yang diberikan dan akhirnya dapat memahami informasi mana yang dapat dipercaya.

Untuk bisa melakukan hal tersebut tentu mereka harus memiliki kemampuan dasar dari gerakan literasi yaitu membaca serta kemauan untuk melakukan pengecekan secara mendalam. Selain itu masyarakat juga harus melihat semua informasi secara seimbang, menggunakan logika yang sehat dan tidak menggunakan fanatisme yang berlebihan. Fanatisme sendiri merupakan penyakit dari virus hoax yang telah kronis dan sulit untuk disembuhkan. 

Menulis

Menulis merupakan gerakan literasi yang dapat digunakan untuk melawan ganasnya hoax. Sebuah tulisan yang mumpuni dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh berita hoax.Menumbuhkan budaya menulis bagi masyarakat dapat digunakan untuk melawan ganasnya virus hoax.

Semakin banyak tulisan tentang kebenaran maka berita bohong akan mudah untuk dipatahkan. Kemampuan menulis bisa terasah jika gerakan literasi dilaksanakan secara optimal sehingga tulisan yang dibuat tidak menjadi sumber hoax batu.

Untuk mengoptimalkan imunisasi hoax, gerakan literasi harus dijalankan secara komprehensif dan berkelanjutan. Gerakan literasi dapat dimulai dari diri kita sendiri, keluarga dan lingkungan terdekat.

Dukungan pemerintah daerah maupun pusat terhadap gerakan literasi juga sangat tinggi. Hal tersebut tentu menjadi sebuah dorongan yang kuat untuk meningkatkan budaya literasi bagi masyarakat Indonesia.  Pada akhirnya imunisasi hoax melalui gerakan literasi menjadi cara yang paling efektif untuk berperang melawan virus hoax.

Pengirim: Mushlihatun Syarifah, Guru IPS di SMPN 8 Salatiga

www.msyarifah.my.id

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement