Jumat 09 Dec 2011 16:42 WIB

Warga RI di Perbatasan Lebih Mudah Bertransaksi dengan Ringgit

Pagar perbatasan, ilustrasi
Foto: Wordpress
Pagar perbatasan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SINGKAWANG, KALBAR - Bank Indonesia (BI) Kalimantan Barat mengaku masih kesulitan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat di daerah perbatasan untuk bertransaksi dengan menggunakan rupiah.

"Memang, berdasarkan kondisi yang ada di lapangan, masyarakat di daerah perbatasan lebih banyak melakukan transaksi dengan menggunakan ringgit dari pada rupiah. Dan sampai saat ini kita masih kesulitan untuk mengontrol hal tersebut karena masyarakat perbatasan melakukan transaksi langsung dengan masyarakat dari negara tetangga," kata Purjoko, Kepala Bidang Moneter BI Kalimantan Barat, di Singkawang, Jumat (9/12).

Transaksi tersebut dilakukan bukan hanya pada pertukaran kurs mata uang, tetapi pertukaran ringgit dan rupiah justru terjadi pada saat masyarakat melakukan jual beli barang.

"Belum lagi ada juga warga perbatasan dari Indonesia yang bekerja di Malaysia dan mendapatkan upah dengan ringgit, maka dia akan menggunakan mata uang itu untuk membeli kebutuhan hidup di Indonesia, yang masih melingkupi wilayah perbatasan.

Permasalahan lainnya, di daerah perbatasan, khususnya di daerah terpencil masih belum memiliki tempat pertukaran mata uang asing," katanya.

Hal itu, lanjutnya, mengakibatkan masyarakat menganggap pembelian barang dengan mata uang asing sah saja dilakukan, karena mereka memang lebih mudah melakukan transaksi dengan mata uang ringgit, baik di Indonesia maupun di Malaysia.

"Memang memerlukan suatu upaya keras untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat di wilayah perbatasan untuk lebih mencintai menggunakan rupiah. Namun, kita akan mengupayakan hal tersebut, baik melalui sosialisasi maupun dengan berbagai kegiatan perbankan," tuturnya.

Purjoko juga mengatakan, dalam mengontrol kualitas uang di daerah perbatasan negara, pihaknya sudah melakukan upaya pengontrolan baik melalui Bank Kalbar yang ada di perbatasan maupun bank-bank swasta lainnya yang ada di Pontianak.

"Setiap kita menemukan bentuk mata uang yang sudah tidak layak, tentu langsung kita tarik dan kita salurkan kembali mata uang yang lebih baik," katanya.

Namun lanjut Purjoko, sejauh ini masih banyak masyarakat yang kurang memiliki kesadaran dalam memperlakukan uang. Di mana masih ada masyarakat yang mencoret-coret pada uang kertas, melipat, atau men"staples" uang kertas yang mengakibatkan uang mudah rusak.

"Untuk itu, kita harapkan kesadaran masyarakat untuk lebih menyayangi Rupiah agar uang yang beredar di tengah masyarakat bisa bertahan awet," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement