Rabu 05 Oct 2011 20:16 WIB

Kekeringan, Petanai Cabai di Brebes Gagal Panen

REPUBLIKA.CO.ID,BREBES--Para petani cabai di sejumlah daerah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, gagal panen akibat lahan pertanian mereka mengalami kekeringan sejak dua bulan terakhir sehingga para petani rugi jutaan rupiah.

"Sejak dua bulan terakhir tanaman cabai saya seluas setengah hektare tidak disiram air sehingga mati akibat kekeringan," kata salah satu petani, Sa'adi (45), di Brebes, Rabu. Petani warga Pejagan tersebut mengatakan, sejak saluran irigasi di sejumlah wilayah Brebes tidak lagi mengalirkan air akibat musim kemarau, hampir semua tanaman cabai di Kecamatan Pejagan, Desa Pesantunan, Kupu, Pasar Batang, dan sekitarnya mati akibat kekeringan.

Menurut dia, jika kondisi cuaca normal dan hasil panen bagus, lahan seluas satu hektare dalam waktu tiga bulan dapat memanen 4-7 kali dengan hasil sekitar 1 ton sekali panen, namun bila kondisi tanaman kekeringan seperti sekarang sekali panen hanya menghasilkan cabai maksimal 30 kilogram.

Ia mengatakan, semua petani cabai di wilayah ini mengalami kerugian jutaan rupiah karena hasil panen tidak dapat menutup biaya penanaman yang menghabiskan lebih dari Rp4 juta, antara lain untuk pembelian bibit, garam atau pupuk, serta biaya tenaga buruh tani dan menyewa mesin pompa penyedot air.

Menurut dia, saat musim tanam harga cabai mencapai Rp8.000-Rp10.000 per kilogram, selain itu air saluran irigasi juga masih mengalir deras sehingga para petani beralih menanam cabai dengan harapan saat panen dapat menghasilkan cabai berlimpah.

Untuk mempertahankan tanaman hingga panen, katanya, para petani terpaksa mengalirkan air buangan dari rumah warga sekitar atau air got untuk mengairi lahan pertanian mereka karena saluran irigasi telah kering dan hujan belum turun.

"Meskipun tanaman cabai berbuah, namun buahnya kecil dan mengering di pohon sehingga tidak dapat dipanen, selain itu harga cabai sedang anjlok yakni Rp 2.000 per kilogram," katanya.

Kondisi serupa juga dialami petani lainnya, Rukidi (37), yang mengatakan, tanaman cabai seluas setengah hektare miliknya terpaksa dibiarkan tanpa perawatan sejak pertengahan September 2011 akibat kekeringan. "Tanaman cabai milik saya tidak dapat dipanen karena buahnya kecil dan kering di pohon, sehingga daripada menambah biaya membayar para buruh petik dan menyewa pompa air untuk penyiraman lebih baik saya biarkan terbengkalai tanpa perawatan," katanya.

Sejak saluran irigasi kering, katanya, tanaman cabai petani yang rata-rata sudah berusia 1,5-2 bulan semakin tidak terawat, karena para petani tidak mampu membayar sewa pompa air untuk penyiraman yang mencapai Rp 150.000-Rp200.000 per minggu.

Menurut dia, saat ini harga cabai kualitas bagus Rp 2.000 per kilogram, sedangkan cabai yang kecil dan layu hanya Rp 700-Rp1.000 per kilogram, sehingga para petani semakin malas untuk memanen cabai tersebut karena dipastikan hasil penjualan tidak dapat menutup biaya tanam dan penyiraman.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement