Jumat 09 Sep 2011 14:41 WIB

Neuroblastoma Akhirnya Renggut Nyawa M Yusuf

Anak dengan neuroblastoma. Ilustrasi
Foto: embryology.med.unsw.edu.au
Anak dengan neuroblastoma. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Mata Muhammad Yusuf Fadillah menatap hampa langit-langit ruang rawat inap yang tak begitu luas. Balita malang itu terlihat kesakitan, saat menarik dan menghembuskan kembali nafasnya.

Di usianya yang baru beranjak tiga tahun delapan bulan, anak kedua pasangan Ed Hadillah (33) dan Ernawati (27), harus menanggung derita yang dalam. "Kata dokter, dia menderita penyakit yang langkah dan sulit untuk disembuhkan. Nama penyakitnya neuroblastoma," kata wanita berkerudung yang duduk tepat di samping tempat tidur, Kamis (8/9).

Neuroblastoma yang juga dikenal dengan kanker saraf, merupakan kanker dari jenis tertentu yang mengembangkan sel-sel saraf sejak dalam embrio atau janin. Saat pertama kali mendengar kabar sang balita terserang kanker tersebut, wanita bernama Ernawati itu mengaku panik, namun tabah dan berusaha untuk tetap menghadapinya.

"Saya sempat tidak percaya, karena sebelumnya anak saya ini tampak begitu ceria, sehat dan tidak ada keanehan baik fisik maupun lainnya," kata warga Jalan Teratai, Pekanbaru, Provinsi Riau ini.

Ernawati menceritakan, gejala penyakit mematikan yang diderita sang anak sebelumnya diawali ketika M Yusuf mengalami demam yang cukup aneh.

"Kondisi suhu tubuhnya sempat naik turun. Kadang panas, kadang juga dingin. Melihat kondisi ini kami kemudian membawanya ke Rumah Sakit Ahmad Yani Pekanbaru," kata Ernawati.

M Yusuf sempat dirawat beberapa minggu di rumah sakit swasta tersebut. Namun akibat tidak adanya kesembuhan dan malah mengalami kondisi yang kian kritis, sang balita malang akhirnya dirujuk ke RSUD Arifin Achmad dengan harapan mendapat perawatan yang lebih intensif.

Dengan bermodalkan kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Jemkesda) yang merupakan program subsidi kesehatan rakyat oleh pemerintah daerah, sepasang suami istri ini berharap kesembuhan untuk anak keduanya itu.

"Anak saya sampai dan dirawat di Arifin Achmad (RSUD) sejak tanggal 23 Agustus. Semakin hari kondisinya juga tidak pernah berubah, bahkan semakin buruk," katanya.

***

Satu persatu organ tubuh balita malang itu terus menunjukkan gejala aneh. Bagian perut terus membesar, sementara pada kedua tugkai kakinya terlihat memucat, hingga urat-urat yang menjalar melintang di dalam tubuhnya terlihat jelas. Tubuh M Yusuf seperti plastik yang trasparan.

Kondisinya terus memburuk. Menurut sang bunda, kejanggalan memilukan terus bermunculan hingga pada akhirnya mata si bungsu mengalami kebutaan akibat pembengkakkan pada kelopak mata yang kian dahsyat.

"Matanya tidak lagi bisa melihat. Kata dokter yang merawat, kebutaan disebabkan urat mata yang terputus akibat pembekakkan yang semakin parah," kata Ernawati.

Sejak mengalami kebutaan, kata Ernawati, energi sang anak menurun drastis. Tidak ada lagi keceriaan di wajah M Yusuf. Tubuhnya hanya terbujur kaku dipembaringan dengan infus dan alat bantu pernafasan seadanya.

"Tidak hanya itu, sejak dua minggu terakhir ini anak saya juga harus mendapatkan darah pengganti. Bahkan dokter menyarankan agar darah pengganti itu dimasukkan ke tubuh anak saya setiap tiga hari sekali," timpal Ed Hadillah. Suami Ernawati ini muncul disela perbincangan yang sempat terputus.

Pria yang akrab disapa Eed tersebut mengaku kewalahan untuk memenuhi kebutuhan darah pada tubuh anaknya. Berulang kali ia mengaku kebingungan dalam merekrut pendonor.

Pernah suatu ketikan, kata Eed, dirinya memaksakan diri untuk mendonorkan darah ke Palang Merah Indonesia Cabang Pekanbaru meski kondisi kesehatan yang menurun. Hal tersebut terpaksa dilakukan karena tidak adanya pendonor, sementara waktu dan kebutuhan kian mendesak.

"Namun kondisi seperti itu hanya terjadi sekali. Saat ini sudah cukup banyak warga terutama para tetangga rumah yang menaruh perhatian lebih ke kami. Salah satunya dengan menyumbangkan darahnya untuk anak saya," katanya.

Jika dihitung-hitung, kata Eed, sampai saat ini sudah lima kantong darah yang masuk ke tubuh M Yusuf. Kendati demikian, tanda-tanda kesembuhan sang balita malang belum kunjung tampak.

Kondisi tersebut diakui semakin membuat pasangan suami istri ini kian pasrah. Terlebih ketika Kartu Jamkesda yang didapatnya sejak beberapa tahun silam hanya mampu mengantar putra tercinta sampai ke ruang Merak III yang merupakan kamar perawatan balita kelas ekonomi.

"Sempat kesal," demikian ungkap Eed ketika ditanya mengenai pelayanan kesehatan anaknya di RSUD Arifin Achmad yang menurut dia tidak berpihak ke masyarakat miskin seperti dirinya.

Kekesalan itu kemudian berubah menjadi kekecewaan luar biasa, tidak hanya bagi sang keluarga balita malang, namun juga bagi sejumlah orang yang mendengar, melihat atau mengetahui jika M Yusuf kini telah tiada.

Balita itu dikabarkan meninggal dunia di RSUD Arifin Achmad sesaat setelah kujungan ANTARA yang berusaha mewawancari ayah bundanya. Seorang perawat bernama Dewi yang sempat merawat M Yusuf ketika ditemui di ruang Merak III RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menyatakan, sebelum meninggal dunia pada pukul 16.30 WIB, sang balita malang sempat mengalami koma atau kehilangan kesadaran.

sumber : Antara

Mention Yukk, Satu jenis kosmetik yang ada di Meja rias Kamu!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement