Selasa 06 Sep 2011 14:25 WIB

Pasca-Lebaran, Banyuwangi Tolak PSK Luar Kota

Rep: C01/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melarang Pekerja Seks Komersial (PSK) dari luar kota kembali ke lokalisasi di wilayah setempat pascalebaran 2011. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pengurangan lokalisasi secara sistemik di wilayah setempat.

 Lokalisasi yang terdata di Kabupaten Banyuwangi saat ini mencapai 15 tempat. Sementara pekerja di lokalisasi itu yakni PSK dan mucikari terdata sebanyak 660 orang. "Dari jumlah pekerja di lokalisasi, 340 orang berasal dari luar Banyuwangi. Mereka yang berasal dari luar kota ini tidak boleh lagi masuk ke Banyuwangi," ungkap Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas ditemui di Gedung Negara Grahadi, Selasa (6/9).

Selama Ramadhan 2011, seluruh tempat hiburan di lokalisasi di Kabupaten Banyuwangi diharuskan menutup usahanya. Para pekerja pun kembali ke daerah masing-masing. Pemkab Banyuwangi melarang para pekerja itu untuk bekerja kembali di lokalisasi Pasca Lebaran. "Kalau ada PSK dari luar kota tertangkap, akan kita pulangkan secara bertahap," ujarnya.

Sementara bagi PSK yang berasal dari wilayah setempat, Pemkab Banyuwangi memberikan berbagai pelatihan seperti menjahit. Jika mereka memilih keluar dari lokalisasi, Pemkab memberikan modal usaha senilai Rp 2 juta per orang. "Dana modal itu telah disetujui DPRD. Kalau mereka dikasih modal tapi kembali ke lokalisasi lagi akan kita berikan sanksi," ungkapnya.

Anas mengakui lokalisasi tidak bisa ditutup begitu saja. Karena itu, pengurangan lokalisasi harus dilakukan secara sistemik. "Semua langkah itu sudah kita rapatkan di tingkat Muspida. Semua setuju sehingga upaya pengurangan PSK ini akan lebih efektif dengan dukungan semua pihak," ungkapnya.

Program pengurangan PSK di lokalisasi selama ini tidak mendapat resistensi di masyarakat. Agar tidak menimbulkan gejolak, Anas mengatakan program pengurangan PSK dilakukan dengan sosialisasi bahaya AIDS. "Sosialisasi AIDS ini cukup efektif mengurangi PSK. Kalau sosialisasi penyakit berbahaya tidak akan mendapat resistensi," ungkapnya.

Penyebaran virus AIDS di Banyuwangi diakuinya relatif tinggi. Di satu lokalisasi saja, penderita AIDS bisa mencapai 14 orang. "Penderita AIDS di Banyuwangi cukup tinggi sehingga sosialisasi gencar kita lakukan terutama di lokalisasi," ungkapnya.

Sebelumnya, pengurangan PSK di lokalisasi juga dilakukan Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat. Selama Ramadhan 2011, sebanyak 35 PSK dari lokalisasi Dupak Bangunsari dipulangkan ke daerah asal. Mereka yang pulang dibekali modal Rp 3,5 juta per orang. "Kita menargetkan 30 orang untuk dipulangkan tetapi justru 35 orang yang memilih pulang," tutur Sekretaris MUI Jatim, Muhammad Yunus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement