Jumat 15 Apr 2011 15:57 WIB

Duh,,,Tradisi dan Budaya Orang Rimba Terancam Punah

Orang Rimba/Suku Anak Dalam
Foto: GARUDAMAGAZINE.COM
Orang Rimba/Suku Anak Dalam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tradisi dan budaya Orang Rimba atau Suku Anak Dalam yang menetap di kawasan hutan Bukit 12 Provinsi Jambi terancam punah. Kondisi itu diakibatkan tekanan pembangunan perkebunan sawit dan Hutan Tanaman Industri maupun kehadiran Taman Nasional Bukit 12.

"Kebiasaan-kebiasaan hidup Orang Rimba antara dulu dan sekarang sangat jauh berbeda karena memang dulu belum ada ekspansi dari perkebunan masyarakat lokal, taman nasional dan kebun sawit," kata Kepala Adat Orang Rimba, Ngandun di Jakarta, Jumat (15/4).

Ngandun bersama sejumlah Orang Rimba berada di Jakarta menggelar konferensi pers di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) terkait permasalahan masyarakat adat Orang Rimba yang semakin tersisih dari wilayah adatnya.

Ngandun mengatakan, sejumlah kebiasaan Orang Rimba yang mulai terkikis dan berubah di antaranyameminum air mentah. Kebiasaan itu tidak dilakukan lagi karena sungai yang tercemar, selain itu ikan juga sulit didapat.

"Sebelum ada perkebunan sawit, Orang Rimba tidak memasak air minum, sekarang kalau minum air mentah kami sakit perut," kata Tumenggung Pemebar, salah seorang petinggi Orang Rimba.

Sejumlah tanaman obat-obatan yang kerap digunakan Orang Rimba mulai menghilang dan sulit ditemui karena penebangan hutan untuk perkebunan sawit.

Perubahan yang paling dirasakan adalah hukum adat yang diberlakukan bagi perusak pohon sulit dilakukan karena kerusakan terjadi secara massal oleh perusahaan.\

Orang Rimba mempunyai kebudayaan setiap orang harus menjaga satu pohon yang menjadi penanda saat ia lahir atau sebagai pengganti identitas karena mereka tidak mempunyai akta kelahiran.

Jika pohon itu dirusak atau bahkan sampai ditebang maka siapapun pelakunya harus dihukum membayar denda sesuai dengan ketentuan adat setempat.

Orang Rimba atau Suku Anak Dalam adalah komunitas adat yang tinggal secara semi nomaden di kawasan hutan Bukit 12 dan hidup dari alam dengan berburu. Tekanan dari perkebunan sawit memaksa mereka terus berpindah dan semakin terdesak ke dalam hutan yang kini menjadi Taman Nasional Bukit 12.

Sebagai Taman Nasional, Orang Rimba tidak bisa lagi bebas mengelola hutan dengan hukum adat mereka sehingga mereka akan sulit bertahan.

Manajer kampanye Hutan Eksekutif Nasional Walhi, Deddy Ratih mengatakan, Orang Rimba menjadi korban dari berbagai intervensi pembangunan. Ruang hidup mereka semakin terdesak atas nama konservasi.

Menurut Deddy, relokasi yang ditawarkan pemerintah bukan jawab bagi permasalahan Orang Rimba karena akan menjadi proses transformasi yang dipaksakan akan merusak tatanan sosial mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement