Sabtu 17 Mar 2012 12:37 WIB

Amankan Demonstrasi, Polisi Malah Diteriaki Maling

Rep: Agus Raharjo/ Red: Djibril Muhammad
Polisi
Polisi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Massa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang menggelar aksi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) meneriaki aparat kepolisian sebagai maling, Sabtu (17/3). Pasalnya, ada bendera PMII yang disembunyikan oleh aparat saat aksi berlangsung.

Aksi yang berlangsung di pertigaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga itu dimulai pada pukul 09.00 WIB. PMII mengerahkan ratusan massanya untuk menolak kenaikan harga BBM. Saat aksi berlangsung, aparat kepolisian yang berjaga mendesak peserta aksi untuk berkumpul di tengah jalan. Akibatnya, sempat terjadi dorong-dorongan antara massa dan polisi.

Saat terjadi dorong-dorongan itulah salah satu bendera PMII diamankan aparat. Selain itu, polisi juga mengamankan sebuah keranda yang sedianya akan dibakar di akir aksi sebagai simbol matinya pemerintahan SBY-Boediono. Ketika terjadi dorong-dorongan, peserta perempuan berhamburan lari menyelamatkan diri.

Teriakan 'Polisi maling' didengungkan seusai massa membakar keranda di tengah pertigaan UIN Sunan Kalijaga. Usai membakar keranda, massa tidak juga membubarkan diri karena kehilangan satu bendera lambang PMII. Lantas, setelah polisi mengembalikan bendera tersebut, massa kemudian membubarkan diri dan kembali ke kampus sambil meneriakan 'polisi maling' sepanjang jalan.

Aksi ini merupakan reaksi atas rencana kenaikan harga BBM pemerintah per 1 April 2012 mendatang. Ketua cabang PMII Yogyakarta, Imam S Arizal menilai keputusan pemerintah menaikkan harga BBM merupakan keputusan diskriminatif. Pasalnya, kondisi bangsa Indonesia masih dirundung berbagai masalah kemiskinan.

"Bisa dipastikan, jika harga BBM naik, daya beli masyarakat akan menurun drastis karena biaya pengeluaran bertambah," ungkapnya.

Lebih lanjut Imam mengungkapkan, harusnya pemerintah mempertahankan subsidi BBM. Hal itu adalah amanat pasal 33 UUD 1945. Imam juga menyoroti Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang digulirkan pemerintah hanyalah kebijakan prgmatis. Menurutnya, BLT hanya bersifat sesaat dan tidak solutif untuk jangka panjang.

Aksi yang diikuti ratusan massa PMII Yogyakarta ini sempat berlangsung ricuh. Pasalnya, antara massa aksi dan polisi sempat terjadi dorong-dorongan hingga membuat ruas jalan Laksda Adi Sutjipto ditutup sementara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement