Rabu 07 Mar 2012 15:22 WIB

'Pocong' Keliling Yogya Demo Pilrek UGM

Rep: Agus Raharjo/ Red: Hafidz Muftisany
Aksi 'pocong' mahasiswa UGM
Foto: dokpri
Aksi 'pocong' mahasiswa UGM

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --Sedikitnya 6 mahasiswa yang mengatasnamakan mahasiswa cinta Universitas Gadjah Mada (UGM) aksi 'long march' dari kampus menuju Keraton Kasultanan Yogyakarta, Rabu (7/3).

Dalam aksinya ini, mereka mengenakan kain putih seperti pocong. Namun, mereka tidak melompat-lompat seperti layaknya pocong yang sering dilihat di televisi. Bahkan, mereka membawa atribut pemakaman lengkap yaitu keranda dan karangan bunga. Dalam karangan bunga, tertulis 'Teman Demokrasi di UGM Mampus'.

Massa aksi berangkat dari Balairung kampus UGM sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka menyusuri jalan Kaliurang, Am Sangaji, Pangeran Mangkubumi, Malioboro lalu menuju ke Pagelaran Keraton Kasultanan. Selama perjalanan, layaknya mengiring orang meninggal, mereka menaburkan bunga mawar selama perjalanan dan memikul keranda.

Aksi sempat berhenti di Tugu Yogyakarta untuk berdoa. Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan ke Keraton Kasultanan. Di depan Pagelaran Keraton, mereka meletakkan keranda dan karangan bunga di depan gerbang. Sebelumnya mereka melakukan aksi teatrikal dengan berbaring mengelilingi keranda, lalu bangkit dan meloncat-loncat layaknya pocong sambil memikul keranda. Aksi diakhiri dengan berdoa di depan gerbang Pagelaran Keraton.

Aksi yang dilakukan mahasiswa cinta UGM tersebut merupakan bentuk 'perayaan' matinya demokrasi di UGM. Pasalnya, menurut koordinator aksi, Pandhu Rijayadi, perhelatan pemilihan rektor di UGM sarat dengan kecurangan politik. Itu ditunjukkan dengan keputusan Majelis Wali Amanah (MWA) yang mensyaratkan calon rektor harus berumur tidak lebih dari 60 tahun saat pelantikan nanti.

"Kita ingin menuntut pemilihan rektor yang adil dan jujur," katanya pada wartawan, Rabu (7/3).

Dengan adanya syarat pembatasan umur tersebut, menurut mereka demokrasi di UGM telah mati. Pasalnya itu membatasi seseorang untuk tidak terpilih sebelum maju ke pilrek. Lebih lanjut Pandhu mengatakan, kostum, karangan bunga dan keranda merupakan simbolisasi dari keadaan di UGM. Semua atribut tersebut diletakkan di depan keraton karena cikal bakal UGM adalah keraton.

"Kita ingin mengembalikan ini ke cikal bakalnya ke keraton, dan berharap Sultan berbuat lebih untuk UGM," tambah Pandu.

Saat ini, Sultan Hamengkubuwono IX merupakan anggota MWA UGM. Massa aksi berharap, Sultan dapat membantu untuk kebangkitan demokrasi di pilrek UGM kali ini. Aksi diakhiri dengan meninggalkan keranda dan karangan bunga di depan gerbang Pagelaran Keraton Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement