Kamis 15 Mar 2012 18:00 WIB

Jembatan Bambu Runtuh, Warga Sekitar IPB Berat di Ongkos

Rep: Adi Wicaksono/ Red: Didi Purwadi
Warga melihat sisa jembatan runtuh di aliran sungai Cihideung, Cibanteng, Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
Foto: Antara/Jafkhairi
Warga melihat sisa jembatan runtuh di aliran sungai Cihideung, Cibanteng, Ciampea, Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Warga Kampung Pabuaran Kaum, Cibanteng, Ciampea, Bogor, mengeluhkan lamanya penanganan pemerintah pasca insiden runtuhnya jembatan bambu Cidua. Warga mengaku membutuhkan kepastian terkait pembangunan jembatan permanen pengganti.

Ketua RT 03/02, Hendra, mengatakan jembatan yang menghubungkan wilayah Desa Cibanteng dengan lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) sangat dibutuhkan warga. Pasalnya, banyak warga desa setempat yang bercocok tanam maupun bekerja sebagai karyawan kampus tersebut.

"Banyak warga yang bekerja di kampus," kata dia.

Seorang warga, Abdul Fatah (63 tahun), mengatakan bahwa dia sebelumnya menggunakan jembatan bambu untuk menuju lingkungan kampus. Hampir setiap hari ia membantu anaknya memerah sapi di peternakan milik IPB. "Anak saya karyawan di IPB," kata dia. Tanpa adanya jembatan untuk melintas, ia kini terpaksa menempuh jalur berputar yang terlampau jauh.

Begitu pula yang dirasakan Sudirman (45). Sebelum insiden jembatan ambruk terjadi, tiap harinya ia melintas jembatan bambu menuju ladangnya di dekat lingkungan kampus.

''Warga kini harus berputar melalui Jalan Raya Darmaga kemudian baru masuk ke bagian belakang lingkungan kampus,'' katanya. "Harus naik angkot dulu bayar Rp 1.000 lalu naik ojek bayar Rp 5.000. Kalau tidak ada jembatan, ya berat di ongkos.''

Sudirman mengaku sangat berharap pemerintah segera membangun jembatan permanen pengganti. Namun apabila pemerintah tidak sanggup, maka ia berharap pemerintah segera memberi solusi alternatif. "Biar ada kepastian," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement