Kamis 23 Jun 2011 20:55 WIB

Ibanez: Busway Pilihan Tepat untuk Transportasi Massal di Jakarta

Antrean di terminal busway
Foto: dok republika
Antrean di terminal busway

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Professor Perencanaan Kota dan Kebijakan Publik dari Universitas Harvard University Jose Antonio Gomez-Ibanez mengatakan pengembangan infrastruktur transportasi yang ada seperti busway Transjakarta adalah pilihan yang lebih tepat bagi Jakarta dibandingkan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT).

"Sangat sulit dan tidak mungkin mengatasi masalah transportasi dengan pembangunan infrastruktur baru seperti MRT. Yang harusnya dilakukan adalah memperbaiki infrastruktur yang sudah ada dan meningkatkan efisiensi," kata Ibanez dalam Diskusi Transportasi Perkotaan dengan Tema Perbaikan Sistem Angkutan Umum di Jabodetabek melalui Reformasi Kelembagaan dan Kebijakan di Kantor Pelestarian Stasiun Gambir, Jakarta, Kamis.

Salah satu pertimbangan disebut Ibanez adalah permasalahan biaya yang sangat timpang dimana pembangunan MRT membutuhkan dana yang sangat besar dibandingkan dengan pengembangan busway Transjakarta.

"MRT mahal tapi hanya melayani sedikit saja dari permintaan yang ada. Jadi target MRT adalah mengangkut 200 ribu sampai 300 ribu orang perhari sementara ada 37 juta perjalanan tiap hari di Jakarta. MRT hanya melayani satu persen saja sementara biaya pembangunan MRT Rp1 triliun perkilometer," papar Ibanez.

Sementara Transjakarta yang membutuhkan dana jauh lebih kecil daripada itu disebutnya sangat cocok bagi Jakarta saat ini karena pengembangannya yang dapat dilakukan dengan begitu cepat dan dapat membuka banyak rute. "Sayangnya saat ini Transjakarta masih beroperasi di bawah kemampuan sesungguhnya, tapi masalah ini dapat diatasi," ujarnya.

Beberapa permasalahan disebut Ibanez adalah masih kurang memadainya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) bagi Transjakarta dan kurangnya jumlah armada yang dapat ditangani dengan menambah jumlahnya.

Selain itu, untuk penyediaan angkutan umum yang aman, nyaman dan murah, Ibanez menyarankan agar pemerintah pusat dan daerah menata transportasi publik berbentuk bus daripada hanya membangun mass rapid transit (MRT) saja.

Ia mengacu pada fakta bahwa angkutan moda bus mampu mengangkut lebih dari 80 atau 90 persen dari jumlah penumpang dibandingkan dengan MRT tahap awal yang hanya sanggut mengangkut sekitar satu persen saja.

Operator bus swasta disebutnya harus meningkatkan profesionalitas sebagai tulang punggung bagi pengelolaan dan operasionalisasi jaringan Bus Rapid Transit (BRT).

Sementara itu, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan kedua mode transportasi yaitu MRT dan BRT tetap harus ada di Jakarta dan saling melengkapi.

"MRT mampu mengubah wajah kota Jakarta. Ini merupakan strategi jangka panjang untuk transportasi. Kami harapkan penataan transportasi dan tata ruang bisa dilakukan secara terpadu dan terintegrasi," kata Danang.

Begitu juga Ketua Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta Muhammad Akbar mengatakan bahwa pengembangan BRT dan MRT harus dilakukan dimana kedua moda transportasi harus terintegrasi.

"Busway tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan warga Jakarta atas transportasi publik. Busway harus diintegrasikan dengan MRT agar dapat memberikan layanan transportasi publik yang optimal di ibukota," kata Akbar.

Saat ini BLU Transjakarta sudah mengoperasikan 10 koridor busway dimana empat koridor telah memanjangkan waktu pelayanannya hingga pukul 23.00 dan direncanakan enam koridor berikutnya akan juga beroperasi hingga pukul 23.00 dalam waktu singkat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement