REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Bulan suci Ramadhan kian dekat. Berkah bulan itu pun mulai dirasakan penjual mukena dengan meningkatnya umat muslim yang berburu pakaian penutup aurat itu untuk persiapan shalat tarawih atau pun shalat ied mendatang.

 Omzet seorang pedangan pun mencapai Rp 5 juta perhari. "Biasanya ya cuma RP 2 sampai 3 juta. Alhamdulillah mau bulan puasa pendapatan naik sampai Rp 5 juta per hari," ujar Amdanis, penjual mukena di Blok A Pusat Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat, 30 Juli..

Amdanis yang memiliki empat toko di Pasar Tanah Abang tersebut menjual aneka jenis mukena dari berbagai bahan. Beda bahan, tentu berbeda pula harganya. "Paling murah ya jenis Abutai," ujarnya.

Abutai memang bahan mukena yang kian digemari masyarakat karena bentuknya yang unik dan mudah dilipat. Mukena berbahan abutai pun terdiri berbagai macam warna. Dari warna tertua, hingga warna kalem terjual di toko Amdanis. "Warnanya banyak. Paling murah Rp 30 ribu. Paling mahal untuk abutai Rp 60 ribu," ujar bapak yang telah berdagang empat tahun ini.

Sedangkan mukena berbahan parasut, paling murah Rp 60 ribu dan paling mahal Rp 75 ribu. Perbedaannya jelas, yakni dari jenis bahan. Sedangkan bagi Anda yang kurang menyukai mukena berbahan abutai dan parasut, tak perlu cemas karena di toko ini masih ada empat jenis bahan mukena, yakni bahan biasa (yang serap keringat), bahan roni, katun, hingga sutra.

Bahan biasa, dijual seharga Rp 50 ribu rupiah. Bahan roni Rp 80 ribu, katun Rp 60 ribu. Sedangkan bahan termahal, sutra, bisa mencapai Rp 1,2 juta. "Sutera emang mahal, kan bahannya bagus. Payetnya juga banyak," jelas Amdanis.

Selain di Tanah Abang, Amdanis juga memasarkan dagangannya ke berbagai pelosok Indonesia, di antaranya Aceh, Palembang, Padang, Ujung Pandang, Kalimantan, dan Surabaya. Pelanggan terbanyak berasal dari Surabaya. Sedangkan untuk membeli grosiran, Amdanis memilih berbelanja di Tasikmalaya. "Biasa beli di sana karena murah dan kualitasnya bagus," ucapnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika