Sabtu 16 Apr 2022 05:17 WIB

Mengenal Kelompok Wagner, Tentara Bayaran Rusia dalam Perang Ukraina

Mengenal Kelompok Wagner, Tentara Bayaran Rusia dalam Perang Ukraina

Red:
Mengenal Kelompok Wagner, Tentara Bayaran Rusia dalam Perang Ukraina
Mengenal Kelompok Wagner, Tentara Bayaran Rusia dalam Perang Ukraina

Di tengah berlangsungnya Perang Ukraina, negara-negara Barat berulang kali menyebut keterlibatan kelompok tentara bayaran yang mereka tuduh terkait dengan Pemerintah Rusia.

Tentara bayaran bernama Grup Wagner yang dituduh ini merupakan perusahaan militer swasta. Mereka dituduh telah melakukan pekerjaan kotor Presiden Rusia Vladimir Putin di berbagai negara, melakukan kejahatan perang di sepanjang jalan.

Menurut intelijen AS dan Inggris, sekitar seribu tentara bayaran Grup Wagner, termasuk para pemimpin seniornya, telah dikerahkan ke wilayah timur Ukraina.

Dilaporkan pula bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selamat dari dua upaya pembunuhan oleh tentara bayaran Wagner.

Seperti apa Grup Wagner ini dan mengapa Rusia serta negara-negara Barat menggunakan tentara bayaran dalam perang?

Komposer favorit Hitler

Menurut Erica Gaston dari Pusat Penelitian Kebijakan Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa, asal-usul tentang tentara bayaran seperti Grup Wagner ini tidak jelas.

"Cerita asal kelompok ini, seperti kebanyakan tentang tentara bayaran, sangat buram," katanya kepada ABC.

Kelompok ini konon didirikan sekitar tahun 2014 oleh Dmitry Utkin, mantan perwira tentara Rusia yang bertempur dalam Perang Chechnya.

Menurut Erica Gaston, "Utkin mengagumi dan menekuni Third Reich dan Adolf Hitler", dan nama grup tersebut diambil dari nama komposer favorit Hitler, Richard Wagner.

"Mereka jelas memainkan narasi-narasi dari masa itu. Jika kita melihat tempat-tempat di mana Wagner Group beroperasi, misalnya, di Republik Afrika Tengah atau Mali, mereka menggunakan propaganda dan kaos dengan kata-kata seperti 'Ride of the Valkyrie'," jelasnya.

Erica mengatakan meskipun pendiri kelompok ini diduga bersimpati kepada kelompok sayap kanan, namun Grup Wagner jelas bukan kelompok ideologis.

Dia mengatakan kelompok ini lebih sebagai jaringan tentara bayaran "yang terkait dengan aparat keamanan Rusia."

Tampaknya kontradiktif ketika kelompok ini digunakan di Ukraina, yang menurut Presiden Putin alasannya untuk "menghilangkan Nazi" sana.

Beroperasi di seluruh dunia

Tentara bayaran Grup Wagner pertama kali aktif dalam pasukan pra-invasi sebelum aneksasi Rusia atas Krimea pada tahun 2014.

"Sejak itu diperkirakan mereka telah beroperasi di sekitar 30 negara, sebagian besar memperluas kegiatan konflik bayangan Rusia di Suriah, Libya, dan Afrika Barat," kata Erica Gaston.

Pemerintah AS percaya bahwa Grup Wagner dibiayai oleh oligark Rusia Yevgeny Prigozhin, yang memiliki hubungan dekat dengan Pemerintah Rusia. Prigozhin telah membantah adanya hubungan dengan kelompok tersebut.

Menurut Erica dalam beberapa konflik peran Wagner sangat signifikan, misalnya di Suriah. Kelompok ini menjadi mitra taktis di darat untuk Angkatan Udara Rusia, berjuang bersama pasukan Pemerintah Assad untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai pemberontak.

"Mereka juga menjadi kekuatan penting dalam membantu pemerintah melawan kelompok pemberontak atau kelompok ekstremis di Republik Afrika Tengah dan Mali," jelasnya.

Pelanggaran HAM dan kejahatan perang

Selama delapan tahun terakhir, Grup Wagner telah dituduh melakukan sejumlah pelanggaran.

Tahun lalu, panel ahli PBB mengatakan Grup Wagner terlibat "pelanggaran berat hak asasi manusia dan pelanggaran hukum humanitarian internasional" bersama Angkatan Bersenjata Republik Afrika Tengah.

"

"Pelanggaran tersebut di antaranya eksekusi massal, penahanan sewenang-wenang, penyiksaan selama interogasi, penghilangan paksa, pemindahan paksa penduduk sipil, menarget fasilitas sipil tanpa pandang bulu, pelanggaran hak atas kesehatan dan peningkatan serangan terhadap aktor kemanusiaan," demikian pernyataan panel ahli PBB.

"

Laporan PBB menemukan alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa personel Wagner telah melakukan kejahatan perang di Libya.

Pada tahun 2020, Pentagon mengaku memiliki bukti bahwa tentara bayaran Grup Wagner telah menanam ranjau darat dan bahan peledak lainnya di Libya.

"Taktik Grup Wagner yang tidak bertanggung jawab telah memperpanjang konflik, menyebabkan penderitaan yang tidak perlu dan kematian warga sipil yang tak bersalah. Rusia memiliki kekuatan tapi tak ada kemauan untuk menghentikan mereka," kata Bradford Gering, wakil direktur operasi Amerika untuk Afrika.

Pekan lalu Human Rights Watch mengatakan tersangka tentara bayaran Rusia diduga terlibat dalam pembantaian di Mali di mana sekitar 300 pria sipil dieksekusi.

"Insiden itu adalah kekejaman tunggal terburuk yang dilaporkan dalam konflik bersenjata selama satu dekade di Mali," katanya.

Untuk menghindari tanggung jawab, Grup Wagner kabarnya tak jarang beroperasi dengan nama berbeda.

Rusia telah membantah memiliki hubungan dengan kelompok tersebut. Selain itu, bisnis tentara bayaran adalah ilegal menurut hukum Rusia.

Tapi seperti yang dikatakan Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian, mereka ini perusahaan tentara bayaran Rusia yang melakukan perang dengan atas nama Rusia.

Bukan hanya Rusia

Namun bukan hanya Rusia yang menggunakan kekuatan tentara swasta dalam suatu konflik.

Menurut Erica Gaston, Amerika Serikat telah menggunakan tentara swasta dalam perang Afghanistan dan Irak dalam jumlah sangat besar sampai-sampai Grup Wagner tidak ada apa-apanya.

"Pada titik tertentu, tentara bayaran menjadi kontingen terbesar kedua di Irak setelah pasukan resmi AS. Jika kita hitung semua dukungan teknis dan logistik, jumlahnya bisa mencapai 180.000 orang," jelas Erica.

"

"Pentagon telah menerapkan strategi ini. Itu cara mereka memperkuat operasi perang di Afghanistan dan Irak dengan biaya dan risiko lebih rendah dibandingkan bila tentara Amerika yang pulang dengan kantong mayat," paparnya.

"

Erica menyebutkan kelompok-kelompok ini berasal dari perusahaan keamanan swasta, dan menurutnya bukan tentara bayaran, tapi sangat bermasalah karena jauh lebih sulit untuk menuntut akuntabilitas mereka.

Dia mengatakan penggunaan outsourcing untuk pasukan tentara yang diprivatisasi sangat mengkhawatirkan.

"Negara dapat menggunakannya untuk menghindari tanggung jawab terhadap publik domestik dan menghindari pelanggaran," katanya.

Menurut Erica, perang yang dilakukan oleh negara menyebabkan kerusakan yang jauh lebih besar daripada tindakan individu tentara bayaran.

Dia memperkirakan hal ini pasti terjadi dengan Perang Ukraina saat ini bila melihat penggunaan taktik pengepungan, ketidakpedulian terhadap kematian warga sipil, kuburan massal dan menyebabkan jutaan orang mengungsi.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News untuk ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement