Rabu 23 Mar 2022 12:04 WIB

Perang Ukraina Picu Kenaikan Harga Pangan di Bangladesh

Pemerintah Bangladesh meluncurkan program subsidi makanan untuk warga termiskin.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani memanen dengan kombinasi mereka di ladang gandum dekat desa Tbilisskaya, Rusia. Invasi Rusia membuat harga pangan di Bangladesh naik.
Foto: AP/Vitaly Timkiv
Petani memanen dengan kombinasi mereka di ladang gandum dekat desa Tbilisskaya, Rusia. Invasi Rusia membuat harga pangan di Bangladesh naik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Gangguan dalam impor setelah invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan harga pokok di Bangladesh naik. Bangladesh sangat bergantung pada pasar Rusia dan Ukraina untuk sebagian besar impor gandum dan biji minyak tahunannya.

Dilansir dari Arab News pada Rabu (23/3/2022), serangan Rusia di wilayah Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah diikuti oleh sejumlah sanksi terhadap Moskow. Perusahaan internasional besar menarik diri dari pasar dan beberapa bank Rusia dilarang dari sistem pembayaran Swift yang merupakan kunci untuk transaksi uang di seluruh dunia.

Baca Juga

Sanksi dan situasi yang bergejolak di Eropa Timur telah mengakibatkan kenaikan tajam harga bahan pokok di negara Asia Selatan yang berpenduduk 170 juta orang itu.

"Karena perang Ukraina, harga kebutuhan pokok berfluktuasi di pasar internasional. Importir besar ragu-ragu untuk membuka letter of credit baru untuk mengimpor gandum dan minyak nabati yang memicu kenaikan harga di pasar," kata Sekretaris Senior Kementerian Perdagangan Tapan Kanti Ghosh.

Kenaikan harga telah memaksa pemerintah untuk meluncurkan program subsidi makanan khusus untuk beberapa warga termiskin.

"Sepuluh juta orang akan berhak menerima dukungan makanan ini. Bantuan itu sebagian besar ditujukan untuk daerah pedesaan dan awalnya akan berjalan selama enam minggu hingga akhir bulan puasa Ramadhan yang dimulai pada April," kata dia.

Namin, program ini akan menjadi beban tambahan bagi negara dimana gangguan Covid-19 selama dua tahun terakhir. Pandemi telah mendorong sekitar 26 persen populasi ke dalam kemiskinan dan meningkat lebih dari lima poin persentase sejak masa pra pandemi.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Penelitian Kebijakan Bangladesh Ahsan H. Monsur mengatakan  tidak mudah untuk mempertahankan program ini. Sebab, pemerintah telah mensubsidi harga energi dan pupuk yang meningkat selama Covid-19.

"Akan menjadi pencapaian besar bagi pemerintah jika mereka berhasil menyalurkan bantuan pangan kepada 10 juta orang karena jumlah yang sangat besar. Saya pikir jumlah total subsidi untuk tahun ini mungkin melampaui angka 1,1 miliar Dolar AS," kata dia.

Karena masalah Covid-19 sudah ada gangguan dalam rantai pasokan global, kualitas hidup orang Bangladesh telah sangat terpengaruh. Perang Ukraina baru saja menambah pukulan pada situasi yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement