Jumat 09 Jul 2021 14:21 WIB

Kemendikbudristek: PTM Terbatas Disiapkan dengan Hati-hati

Keputusan tatap muka tetap berada pada orang tua.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Mas Alamil Huda
Sekolah Tatap Muka (ilustrasi)
Foto: Republika/Mgrol100
Sekolah Tatap Muka (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong agar pemerintah daerah mempersiapkan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan hati-hati. Keputusan tatap muka berada pada orang tua yang mengizinkan atau tidak anaknya berangkat ke sekolah.

"Kami mendorong PTM terbatas untuk dipersiapkan dengan baik dan penuh kehati-hatian, mengikuti prosedur yang benar, melalui persiapan yang matang sesuai kebijakan SKB Empat Menteri," kata Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih, dalam webinar, dipantau di Jakarta, Jumat (9/7).

Sebelum satuan pendidikan memutuskan untuk melaksanakan PTM, perlu dipersiapkan beberapa tahapan agar dapat memastikan sekolah aman. Orang tua atau wali murid juga harus betul-betul memahami kesiapan satuan pendidikan dalam melaksanakan PTM.

Sri melanjutkan, bagi sekolah yang berada di zona hijau maka didorong untuk melaksanakan PTM terbatas di sekolah. Tentu saja, semua persiapan PTM harus disiapkan dengan matang tanpa terkecuali.

Namun, bagi sekolah yang berada di zona yang dinilai penyebaran Covid-19 masih tinggi, Kemendikbudristek menyarankan agar sekolah tidak dibuka. "Untuk daerah di zona merah dan zona oranye, kami tidak merekomendasikan dibukanya pembelajaran tatap muka terbatas," kata Sri menambahkan.

Lebih lanjut, Sri mendorong para guru untuk tetap semangat meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam hal memberikan layanan pembelajaran yang terbaik bagi anak bangsa. Jangan sampai para penerus bangsa mengalami learning loss dan terjadi kemunduran perilaku yang selama ini sudah dibentuk.

"Mulai dari disiplin yang sudah bergeser karena anak-anak kita harus mengalami pola pembelajaran yang berbeda dari era normal, contohnya tingkat disiplin anak-anak kita agak bergeser. Kita kembalikan mental mandiri, kreatif, critical thinking, dan mental inovasi," kata dia lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement