Senin 01 Feb 2021 16:40 WIB

Indonesia Bisa Jadi ''Pemain'' Dunia Mobil Listrik

Indonesia memiliki beberapa material bahan baku utama dalam pembuatan EV battery

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Mobil Listrik. Dengan potensi cadangan bahan baku baterai mobil listrik, Indonesia biisa menjadi pemain global di industri ini.
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Mobil Listrik. Dengan potensi cadangan bahan baku baterai mobil listrik, Indonesia biisa menjadi pemain global di industri ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia punya cadangan nikel dan alumunium yang besar. Dengan potensi ini mestinya Indonesia bisa menjadi pemain global dalam hal mobil listrik.

Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/ EV Battery) Agus Tjahajana Wirakusumah menjelaskan, Indonesia memiliki beberapa material bahan baku utama dalam pembuatan EV battery seperti nikel, alumunium, mangan, cobalt. Ia bilang bahkan nikel Indonesia memegang porsi sebesar 30 persen dari cadangan nikel dunia.

Baca Juga

"Bila industri baterai ini terbangun ditambah dengan pasar otomotif dalam negeri yang terbesar di kawasan, maka Indonesia memiliki potensi terbesar di Aseab untuk membangun ekosistem industri EV meliputi industri battery EV hulu sampai hilir, infrastruktur charging station, sampai dengan daur ulang," kata Agus di Komisi VII DPR RI, Senin (1/2).

Ia mengatakan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Mind ID, PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina, dan PT PLN ditugaskan dalam mengembangkan dan membangun industri kendaraan litrik berbasis baterai. Penugasan tersebut juga dimaksudkan untuk memanfaatkan peluang bisnis yang besar di masa mendatang, serta memanfaatkan potensi sumber daya Indonesia.

Ia mengatakan Mind ID bersama Antam memiliki cadangan nikel nomor dua terbesar di Indonesia yang akan berperan untuk menyediakan biji nikel sebagai bahan baku hulu sampai menjadi hilir untuk kendaraan listrik berbasis baterai.

"PT Antam memiliki cadangan nikel yang cukup besar untuk dapat memasok produksi battery EV," tutur Agus.

Sementara Pertamina yang memiliki lebih drai 7.000 SPBU akan berperan untuk manufaktur produk hilir meliputi pembuatan cell battery hingga enginee storage system (ESS). Sedangkan PLN akan berperan untuk penyediaan infrastruktur pengisian daya seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) hingga menjadi integrator energy management system (EMS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement