Jumat 15 Jan 2021 17:26 WIB

Bangun Smelter, Freeport Boleh Gandeng Perusahaan Lain

Freeport menyebut pembangunan smelter hanya sendiri tidak ekonomis.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Logo Kementerian ESDM. Kementerian ESDM mempersilakan jika PT Freeport Indonesia ingin menggandeng perusahaan lain dalam pembangunan smelter.
Foto: Kementerian ESDM
Logo Kementerian ESDM. Kementerian ESDM mempersilakan jika PT Freeport Indonesia ingin menggandeng perusahaan lain dalam pembangunan smelter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM membolehkan PT Freeport Indonesia (PTFI) menggandeng perusahaan lain dalam pembangunan pabrik pemurnian (smelter). Terlebih hal itu memang dibolehkan dalam perjanjian.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaludin mengatakan, Freeport boleh menggandeng perusahaan lain untuk menyelesaikannya. Sebab hal itu diatur dalam perjanjian.

Baca Juga

"Kerja sama Freeport dengan perusahaan lain membangun smelter memang dibuka dalam perjanjian. Ada dua anak kalimat penting yang kita gunakan: PTFI wajib bangun smelter baru dan membangun kerja sama. Mau kerja sama, silakan," kata Ridwan di kantor Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/1).

Adapun perusahaan yang diajak kerja sama Freeport membangun smelter adalah Tsingshan Steel dari China. Lokasi smelter yang akan dibangun kedua perusahaan ini berada di Weda Bay, Halmahera, Maluku Utara.

Rencana pembangunan smelter di Weda Bay ini merupakan opsi yang disodorkan Freeport ke pemerintah lantaran smelter yang wajib dibangun perusahaan di Gresik saat ini terhambat akibat pandemi Covid-19.

Tahun lalu, Presiden Direktur PTFI Clayton Allen Wenas berdalih karena pandemi Covid-19 Freeport perlu melakukan perubahan rencana terkait pabrik pemurnian ini. Selain meminta kepada pemerintah untuk proyek ini tidak terlaksana di 2023, ia juga meminta opsi agar Freeport diberi ruang bekerja sama dengan pihak lain.

"Kalau secara ekonomis dan teknis lebih memungkinkan, kita tentu lebih prefer ke Weda Bay (Halmahera) daripada yang tidak ekonomis kita lakukan," ujar pria yang kerap disapa Tony Wenas itu.

Sebelum ada opsi membangun smelter dengan pihak ketiga, Freeport juga telah mengajukan alternatif mengekspansi lahan smelter PT Smelting Indonesia (PTS) yang selama ini menjadi tempat Freeport memurnikan konsentrat tembaga dari Papua. Lokasinya berada di Gresik juga.

Ekspansi di smelting ini dilakukan lantaran Freeport merasa biaya membangun smelter baru sendirian JIIPE, Gresik terlalu besar, mencapai 3,5 miliar dolar AS. Sedangkan, diakui Tony, nilai tambah dari harga jual konsentrat ke tembaga katoda hanya lima persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement