Kamis 05 Nov 2020 05:33 WIB

Rektor IPB Tanggapi Peluncuran Merdeka Belajar Episode 6

Presiden: Perguruan tinggi perlu merelaksasi kurikulum.

Rektor IPB Prof Dr Arif Satria.
Foto: Dok IPB University
Rektor IPB Prof Dr Arif Satria.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyambut baik peluncuran Merdeka Belajar Episode 6. Ia pun menanggapi perintah Presiden dengan mengatakan bahwa perguruan tinggi harus mampu membekali mahasiswa untuk bisa beradaptasi terhadap perubahan, bahkan bisa menjadi trensetter perubahan.

“Karena untuk menghadapi masa depan diperlukan kompetensi dan kualifikasi skill serta softskill yang berbeda dengan masa lalu," terang Prof Arif Satria dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (4/11).

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem Makarim menyampaikan bahwa di zaman yang serba dinamis ini, kreativitas,  inovasi dan daya saing merupakan lompatan kemajuan yang harus dipastikan. Mau tidak mau, bangsa Indonesia  harus memperhitungkan tren-tren global. Yaitu kemajuan teknologi, pergeseran sosiokultural, perubahan lingkungan hidup dan perbedaan dunia kerja.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pada jenjang pendidikan tinggi, Kemendikbud telah meluncurkan Merdeka Belajar episode 6 Kampus Merdeka. Tujuan utamanya untuk semakin “mengawinkan” perguruan tinggi dengan dunia kerja.

Dalam Peluncuran Merdeka Belajar episode 6 dengan tema "Ekosistem Kampus Merdeka untuk Generasi Unggul Indonesia Jaya", Selasa (3/11), Nadiem Makarim menegaskan bahwa perkawinan antara perguruan tinggi dan dunia kerja tersebut bermakna bahwa nantinya lebih banyak mahasiswa yang didorong turun ke masyarakat untuk keluar kampus mengenal dunia kerja.

Selain itu, lebih banyak dosen yang didorong terjun ke dunia profesional untuk memahami dan turut memberikan solusi dari permasalahan yang ada di tengah masyarakat. “Profesional yang masuk ke perguruan tinggi untuk membagikan pengalamannya juga akan ditingkatkan,” ujarnya.

Ia menegaskan, tekad kuat untuk mewujudkan Indonesia maju tidak boleh surut meskipun saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19. Upaya untuk mencetak Sumberdaya Manusia (SDM) unggul tidak boleh terhenti.

“Pandemi Covid-19 justru menyadarkan kita akan pentingnya SDM yang tangguh. Yakni orang-orang yang mampu berpikir dan bertindak dengan cara-cara extraordinary, kemampuan beradaptasi cepat agar bisa survive menghadapi kesulitan, tidak tertinggal dan menang dalam persaingan,” paparnya.

Pada kesempatan ini, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan bahwa perguruan tinggi perlu merelaksasi kurikulum, dari yang kaku menjadi fleksibel. Membuka diri terhadap paradigma-paradigma baru terhadap cara-cara yang lebih responsif. Dari mono menjadi inter bahkan transdisipliner. Dari berorientasi theory building menjadi problem solving bahkan berimpact making, kita harus siap menjalani standar normalitas baru.

“Perguruan tinggi harus bertransformasi menjadi lebih dinamis,  menciptakan terobosan, bangun iklim kompetisi, iklim kompetitif untuk meningkatkan daya saing. Jalin sinergi, jalin kolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan industri, maching fund, talent pool berbasis digital dan model kerja sama lain untuk mengoptimalkan kemampuan, serta mendorong prestasi yang lebih baik. Karena itu, jangan terjebak pada rutinitas perguruan tinggi. Harus punya waktu, harus punya energi dan harus punya keberanian untuk melakukan perubahan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement