Rabu 26 Aug 2020 15:03 WIB

Dampak Kekeringan, Rumput Ganggu Tanaman Padi di Indramayu

Rumput harus dicabut secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Kekeringan. Ilustrasi
Foto: Foxnews
Kekeringan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Para petani di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu harus berjuang keras mengatasi suburnya rumput di hamparan tanaman padi milik mereka. Kondisi itu terjadi lantaran sawah mereka mengalami kekeringan di awal musim tanam.

‘’Kami kewalahan mengatasi banyaknya rumput yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi,’’ keluh Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono kepada Republika.co.id, Rabu (26/8).

Baca Juga

Waryono mengatakan, rumput itu tumbuh subur dikarenakan lahan sawah mengalami kekeringan saat petani baru melakukan pemupukan. Saat air datang dan kekeringan teratasi, rumput akhirnya tumbuh subur tanpa terkendali.

‘’Jadi bukan tanaman padi saja yang tumbuh subur setelah air datang, rumput juga tumbuh banyak menyaingi tanaman padi,’’ keluh Waryono.

Menurut Waryono, cepatnya pertumbuhan rumput yang tak terkendali itu sudah tidak bisa diatasi dengan obat-obatan pembasmi rumput. Karenanya, rumput harus dicabut secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.

Waryono mengatakan, di lahan sawah seluas 7.000 meter persegi, dia harus mengerahkan 50 orang tenaga kerja untuk mencabuti rumput tersebut. Dia pun harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar para pakerja tersebut.

Setiap pekerja pencabut rumput, Waryono memberikan upah Rp 50 ribu. Upah tersebut dibayarkan untuk pekerjaan yang dimulai sejak pagi hingga siang hari. Secara keseluruhan, dia harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 2,5 juta untuk mengatasi rumput di sawahnya.

‘’Kalau rumput terus dibiarkan, jelas akan menganggu pertumbuhan tanaman padi hingga hasil panen nantinya akan turun,’’ kata Waryono.

Selain masalah rumput, tambah Waryono, para petani di daerahnya juga tengah kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi. Padahal, pupuk subsidi saat ini sangat dibutuhkan.

‘’Pupuk subsidi sudah habis, adanya pupuk non subsidi,’’ kata Waryono.

Namun, pupuk non subsidi jenis urea harganya sangat tinggi, yakni Rp 600 ribu per kuintal. Padahal, HET pupuk urea subsidi hanya Rp 180 ribu per kuintal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement