Jumat 19 Jun 2020 23:08 WIB

RSUD Kota Bogor akan Beli Alat PCR dari China

PCR itu hanya memiliki kapasitas sebanyak 24 spesimen swab test per harinya.

Wali Kota Bogor Bima Arya berpose dengan buku karyanya yang berjudul Positif!  (ilustrasi)
Foto: ANTARA /Arif Firmansyah
Wali Kota Bogor Bima Arya berpose dengan buku karyanya yang berjudul Positif! (ilustrasi)

 BOGOR -- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor telah mempersiapkan anggaran Rp 350 juta untuk membeli alat tes cepat PCR (polymerase chain reaction). PCR itu akan didatangkan dari Negara China.

"Masih ada berkas yang perlu dilengkapi. Ini PCR yang kecil akan didatangkan dari China yang telah sesaui standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)," kata Direktur RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir saat dihubungi, Jumat (19/6).

Baca Juga

Ilham menjelaskan, PCR itu hanya memiliki kapasitas sebanyak 24 spesimen swab test per harinya. Nantinya, alat itu akan dipergunakan untuk membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dalam melakukan uji Covid-19 kepada orang dilingkaran Covid-19. Baik pasien dalam pengawasan (PDP) maupun pasein terkonfirmasi positif yang membutuhkan test PCR lanjutan.

Namun, sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BULD) yang tak menggantungkan diri pada APBD Kota Bogor, dia mengatakan, RSUD juga membutuhkan pemasukan. Karena itu, tak menutup kemungkinan bila PCR itu akan dikomersialkan.  "Kita membeli PCR dari dana BLUD untuk membantu percepatan diagnosa pasien-pasien. Tapi memang kalo ada yang ingin test mandiri juga tak menutup kemungkinan," kata dia.

Jumlah kasus positif di Kota Bogor per Jumat (19/6) telah mencapai 163 kasus. Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pun berupaya untuk meningkatkan uji Covid-19, khususnya swab test.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, telah meminta RSUD Kota Bogor segera menghitung biaya untuk membeli PCR. "Sedang dilakukan prosesnya (membeli PCR) melalui pengadaan oleh RSUD tapi kapasistasnya terbatas," kata Bima.

Sebagai rumah sakit rujukan, Bima mengatakan, sepantasnya RSUD dapat melakukan uji Covid-19 sendiri. Karena itu, dia memerintahkan RSUD dapat secepatnya mendatangkan alat PCR tersebut. "Saya sudah perintahkan RSUD harus sesegera mungkin," tegasnya.

Meskipun demikian, dia mengatakan, uji Covid-19 yang masif memiliki konsekuensi untuk menyiapkan tempat isolasi. Sebab, semakin banyak yang diuji, semakin banyak pula kasus baru. "Sudah ada beberapa opsi tempat isolasi, tapi belum bisa saya sampaikan. Beberapa opsi ini masih ada waktu untuk kita mempersiapkan," kata dia.

N Nugroho Habibi

Cek Typo

 

BNPB : Banjir di Tasikmalaya Mulai Surut

JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memantau banjir di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat berangsur surut. Banjir setinggi 150 cm sempat merendam Kampung Bojongwaru, Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik.

Banjir terpantau terjadi di lokasi tersebut pada Jumat (19/6) pukul 05.30 WIB. Kondisi terkini termonitor tinggi muka air antara 40 - 60 cm. "BPBD Kabupaten Tasikmalaya memonitor banjir berangsur surut di beberapa titik dengan tinggi muka air 40 hingga 60 cm," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan pers pada Republika, Jumat (19/6).

BNPB menerima laporan terakhir di lokasi banjir cuaca mendung. Sedangkan sebagian wilayah lain di Kabupaten Tasikmalaya mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. "Tercatat dampak banjir pada 500 KK dan sekitar 70 hektar lahan pertanian serta ikan. Sejauh ini belum ada laporan terkait korban mengungsi," ujar Jati.

BNPB menyebut banjir disebabkan salah satunya oleh hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy.  Dalam penanganan darurat, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Tasikmalaya melakukan kaji cepat, evakuasi korban, berkoordinasi dengan instansi terkait. TRC juga mengimbau masyarakat untuk selalu waspada.

"BNPB terus memonitor perkembangan situasi yang terdampak dan berkoordinasi dengan BPBD setempat," sebut Jati.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement