Senin 11 May 2020 23:30 WIB

Serikat Petani: Sejumlah Wilayah di Jawa Mulai Musim Gadu

Masuki musim gadu, Serikat Petani catat terjadi kendala distribusi pupuk bersubsidi

Pekerja menanam bibit padi di Pucangrejo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (17/4/2020). Sebagian besar petani di wilayah tersebut mulai menanam padi pada masa tanam musim padi gadu atau musim tanam kedua.
Foto: ANTARA /Siswowidodo
Pekerja menanam bibit padi di Pucangrejo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Jumat (17/4/2020). Sebagian besar petani di wilayah tersebut mulai menanam padi pada masa tanam musim padi gadu atau musim tanam kedua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serikat Petani Indonesia (SPI) mencatat sejumlah wilayah produsen beras di Jawa sudah mulai memasuki musim tanam kedua atau musim gadu setelah panen raya pertama yang dimulai sejak Maret lalu.

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mencatat berdasarkan laporan dari anggota SPI di Yogyakarta, mereka sudah memasuki musim tanam kedua, meskipun hasil panen di musim pertama turun, baik dari segi kualitas dan kuantitas akibat serangan hama wereng.

"Laporan dari Tuban, Jawa Timur, yang sawah irigasi sudah mulai tanam satu bulan lalu, sementara yang sawah tadah hujan mulai tanam sekitar bulan Mei sampai Juni ini," kata Henry di Jakarta, Senin (11/5). Sementara dari Kediri, Jawa Timur, petani sudah mulai membajak sawah untuk musim tanam kedua, begitu juga di Sukabumi, Jawa Barat, sudah memulai tanam.

Adapun untuk mendukung produktivitas padi, Serikat Petani mencatat sejumlah daerah seperti Yogyakarta dan Tuban tidak mengalami kendala soal distribusi pupuk bersubsidi. Namun, petani di Kediri mengalami kendala distribusi pupuk karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masa pandemi ini.

"Dari Kediri, distribusi pupuk subsidi agak tersendat karena pandemi COVID-19 ini, jangan sampai petani kesulitan memupuk masa tanam kedua," kata Henry.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menargetkan luas tanam padi pada musim tanam kedua mencapai 5,6 juta hektare

Berdasarkan prakiraan cuaca oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus, sementara curah hujan diperkirakan masih berlangsung hingga Juni.

"Menurut ramalan BMKG, Mei sampai Juni akan hujan, kita percepat tanam, segera masuk kembali ke lahan pertanian, segera jajaran pertanian bagikan bibit, pupuk dan mempersiapkan alsintan," kata Mentan Syahrul.

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus menilai pupuk masih menjadi kontribusi yang penting dalam meningkatkan produktivitas padi.

Oleh karena itu, musim tanam berikutnya setelah panen pertama, yakni tanam gadu pada Mei-Juni harus dipastikan tidak mengalami hambatan, salah satunya dengan jaminan ketersediaan pupuk dan benih.

"Subsidi pupuk dan benih menjadi suatu keharusan kepada petani saat musim tanam berikutnya. Sehingga, harus dijamin betul subsidi pupuk dan benih tepat sasaran. Produsen benih dan pupuk harus mengantisipasi bahwa petani akan melakukan penanaman sampai September, sehingga harus dijamin betul stok tersedia," kata Firdaus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement