Selasa 28 Apr 2020 13:19 WIB

Lubang Ozon Raksasa di Kutub Utara Kembali Tertutup

Lubang ozon sebesar tiga kali Greenland terdeteksi selama sebulan di kutub utara.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Kutub Utara
Kutub Utara

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Lubang ozon sebesar tiga kali ukuran Greenland yang terdeteksi di Kutub Utara akhirnya tertutup. Lubang ozon itu berada di sana selama hampir sebulan.

"Lubang ozon Belahan Bumi Utara 2020 yang belum pernah terjadi sebelumnya telah berakhir," tulis para peneliti dari Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) Uni Eropa, pada 23 April.

Baca Juga

Lubang di lapisan ozon, bagian atmosfer Bumi yang melindungi planet dari radiasi ultraviolet, pertama kali terbuka di Kutub Utara pada akhir Maret. Saat itu kondisi angin yang tidak biasa menjebak udara dingin di Kutub Utara selama beberapa minggu berturut-turut.

Angin yang dikenal sebagai pusaran kutub ini menciptakan sangkar melingkar dari udara dingin yang mengarah pada pembentukan awan di wilayah tersebut.

Awan-awan bercampur dengan polutan buatan manusia seperti klorin dan bromin, menggerogoti gas ozon di sekitarnya. Hasilnya adalah terdapat lubang besar kira-kira tiga kali ukuran Greenland dibuka di atmosfer.

Kondisi lubang ozon terbuka di kutub utara adalah hal yang langka. Lubang ozon Arktik dibuka tahun ini hanya karena udara dingin terkonsentrasi di daerah itu lebih lama dari biasanya. Sementara lubang ozon besar terbuka setiap musim gugur di Kutub Selatan.

Para peneliti CAMS mengatakan, akhir pekan lalu pusaran kutub itu "terbelah," dan menciptakan jalur bagi udara yang kaya ozon untuk bergegas kembali ke daerah di atas Kutub Utara. Untuk saat ini, terlalu sedikit data untuk mengatakan apakah lubang ozon Arktik seperti ini mewakili tren baru.

"Dari sudut pandang saya, ini adalah pertama kalinya Anda dapat berbicara tentang lubang ozon nyata di Kutub Utara," kata Martin Dameris, ilmuwan atmosfer di Pusat Aerospace Jerman.

Sementara itu, lubang ozon Antartika tahunan, yang telah ada selama kurang lebih empat dekade, akan tetap menjadi kenyataan musiman untuk masa mendatang.  Sebuah penilaian tahun 2018 oleh Organisasi Meteorologi Dunia menemukan bahwa lubang ozon selatan telah menyusut sekitar 1 persen hingga 3 persen per dekade sejak tahun 2000. Namun, kemungkinannya tidak akan hilang sepenuhnya sampai setidaknya tahun 2050.

Temperatur Antartika yang disebabkan oleh pemanasan global sebagian bertanggung jawab atas penyusutan lubang itu. Tetapi penyebabnya juga karena Protokol Montreal, larangan global terhadap polutan penipisan ozon yang diberlakukan pada 1987.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement