Selasa 10 Mar 2020 19:14 WIB

Korban Penembakan Christchurch Masih Berjuang Pulihkan Diri

Sembilan peluru menembus tubuh korban penembakan Christchurch, Temel Atacocugu.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Korban Penembakan Christchurch Masih Berjuang Pulihkan Diri. Jamaah korban penembakan masjid Christchurch, Selandia Baru, Temel Atacocugu.
Foto: RNZ
Korban Penembakan Christchurch Masih Berjuang Pulihkan Diri. Jamaah korban penembakan masjid Christchurch, Selandia Baru, Temel Atacocugu.

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Menandai satu tahun sejak serangan terhadap Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Christchurch, Selandia Baru, Temel Atacocugu masih berjuang dalam pemulihan kondisi fisik dan mentalnya. Temel menjadi salah satu korban penembakan dalam peristiwa serangan yang terjadi pada 15 Maret 2019.

Ia terkena tembakan sembilan kali, namun ia masih bertahan hingga kini. Peristiwa itu telah menewaskan 51 orang dan banyak lainnya yang terluka dan mengalami trauma. Kini, menjelang satu tahun tragedi penembakan itu, Temel memberikan pesannya untuk negara yang ia tinggali, Selandia Baru, dalam wawancara terbarunya dengan RNZ.

Baca Juga

"Tolong jangan membenci kami, karena kami adalah orang yang tidak bersalah dan kami hanya ingin kehidupan yang baik. Selandia Baru adalah rumah kami juga," pesan Temel, seperti dilansir di Newshub, Selasa (10/3).

Sejak penembakan itu, Temel telah keluar-masuk ruang operasi dan menjalani konseling. Radio nasional Selandia Baru RNZ telah mendokumentasikan perjuangan Temel. Dalam wawancara pertamanya pada awal April 2019, Temel mengungkapkan ia mengalami cedera pada wajahnya, lengan, lutut kanan, dan kaki kirinya, serta di antara pinggulnya.

"Saya memiliki sembilan peluru di tubuh saya," ujar Temel kala itu.

Dia baru saja dipindahkan ke rumah sakit Burwood dari rumah sakit Christchurch di mana dia berjuang mengatasi kebisingan. Suara yang bising mengingatkannya kembali pada tragedi saat ia menjadi sasaran penembakan di Masjid Al Noor.

"Ketika aku mendengar suara di luar. Semua orang berhenti dan mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Ketika saya melihat pria bersenjata menargetkan saya," ujarnya.

Saat itu, Temel membayangkan masa depannya. Meskipun ada jahitan di sisi mulutnya di mana peluru pertama menghantamnya, namun ia perlahan mencoba tersenyum ketika berbicara. Temel menjadi lebih bergairah ketika ia membicarakan soal sepak bola, salah satu kegemarannya.

"Saya sudah melihat masa depan saya cerah. Saya merasa dilahirkan kembali. Ulang tahun baruku adalah 15 Maret 2019," katanya.

Namun demikian, harapan itu akan terus diuji ke depan. Sebab, Temel akan kembali ke rumah sakit untuk menjalani lebih banyak operasi dan temu janji dengan ahli fisioterapis Helen di CDHB.

Meski menjadi korban penembakan yang masih mampu bertahan hingga kini, namun itu tidak menyurutkan niatnya kembali berkunjung ke Masjid Al Noor. Dia berkomitmen kembali ke masjid itu, meskipun secara fisik kesakitan dan masih berjuang secara mental.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement