Jumat 08 Feb 2019 08:57 WIB

Satu yang Hilang

Induk burung mengadu kepada Raja Sulaiman bahwa anaknya diambil manusia.

Satu yang Hilang
Foto: Rendra Purnama/ Republika
Satu yang Hilang

REPUBLIKA.CO.ID, Cerpen Oleh: Rizka Amalia

Aku pergi mencari makanan untuk anak-anakku kala itu. Sekembalinya mencari makanan, ternyata tak kutemui satu anakku di sana. Aku panik. Ke mana anakku yang satu. Barusan saja kutinggal, tetapi satu malah menghilang. Kucari-cari ke bawah, aku tetap tak menemukannya.

Aku tanyakan pada dua anakku yang lain. Katanya, saudara mereka diambil seseorang. Aku tak langsung percaya hingga pohon membenarkan perkataannya. Nyatanya anakku diambil seorang laki-laki yang menghuni di sebuah desa. Kesal bercampur rasa yang tak karuan. Perihalku langsung kuadukan pada Raja Sulaiman.

"Wahai Raja Sulaiman, salah satu dari anakku hilang. Setibanya aku mencari makan, seorang laki-laki membawanya pergi."

Raja Sulaiman mengangguk dan dengan saksama mendengarkan keluhanku. Tanpa pikir panjang, Raja Sulaiman balik merespons langsung.

"Baik. Aku akan pergi menemui laki-laki yang mengambil anakmu itu. Akan kupastikan dia tak akan mengambil anakmu lagi. Biar kuberi tahu padanya untuk tidak mengambil anakmu itu."

"Terima kasih, Raja Sulaiman," sahutku dengan wajah gembira.

Janjinya pun dipenuhi. Sore hari dia memerintahkan pengawalnya untuk memanggil laki-laki yang dimaksud. Raja Sulaiman mengajukan beberapa pertanyaan dan mengatakan kepada laki-laki itu untuk tidak mengambil anakku lagi.

"Apa benar tadi kau telah mengambil anak burung di pohon sewaktu induknya tak ada?"

"Iya, Raja Sulaiman."

"Mengapa kau ambil anak burung itu?"

"Istriku yang meminta."

"Kalau begitu jangan kau lakukan!"

"Mengapa, wahai Raja?"

"Ibunya tadi telah mengadu kepadaku bahwa kau telah mengambil anaknya. Dia merasa sedih sebab satu anaknya kau ambil."

"Oh baik, Raja Sulaiman."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement