Kamis 30 Aug 2018 22:12 WIB

Ini Kata Ketua Inasgoc Soal Protes Pencak Silat

Kontingen Indonesia mendominasi perolehan medali emas dari cabang pencak silat.

Rep: Fitriyanto/Eko Supriyadi/ Red: Israr Itah
Ketua Inasgoc Erick Thohir mengalungkan medali kepada Pesilat Indoensia Yola Primadona Jampil dan Hendy pada final cabang pencak silat kelas artistik ganda putra Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Senin (27/8).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Inasgoc Erick Thohir mengalungkan medali kepada Pesilat Indoensia Yola Primadona Jampil dan Hendy pada final cabang pencak silat kelas artistik ganda putra Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Senin (27/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mendapatkan sorotan dalam beberapa hari terakhir penyelenggaraan Asian Games 2018. Penyebabnya, kontingen Indonesia mendominasi perolehan medali emas dari cabang pencak silat. 

Salah satu yang melancarkan protes adalah pihak Iran. Presiden Komite Olimpiade Nasional Iran Reza Salehi Amiri tak habis pikir Indonesia dengan mudah meraih 14 emas dan hanya menyisakan dua lainnya untuk Vietnam. Tambahan 14 emas ini membuat Indonesia menempati posisi empat klasemen medali menggusur Iran.

Ketua Inasgoc Erick Thohir menyesalkan protes ini. Sebab, kata dia, Indonesia telah berusaha menjadi tuan rumah yang baik dan menyelenggarakan seluruh pertandingan dengan sebaik mungkin. Ia kecewa Indonesia dipojokkan, padahal menurutnya kejadian di pencak silat sesuatu yang lumrah.

"Kalau kita lihat cabang olahraga ada dominasi. Gulat jagonya negara ini, tinju jagonya negara ini, kalau kita dominan di silat itu wajar. Jadi tuan rumahlah, lain kali. Kalau Iran jadi tuan rumah tidak mudah. Kita sesama negara Islam harusnya bersatu, jangan terpecah," kata Erick dalam perbincangan dengan Republika.co.id, Kamis (30/8).

Ia mengungkapan pencak silat mendapatan perhatian khusus yang tak kalah dengan voli dan bola basket dalam penyiaran. Ada tiga layar yang dihadirkan yang salah satu kegunaannya untuk meredam tudingan kecurangan. Erick mengatakan, dengan banyaknya layar itu, semua yang terjadi di lapangan bisa dilihat dengan jelas.

"Mohon maaf, saya keberatan jika panitia dituduh curang. Semua technical delegate ditunjuk negara-negara Asia. Banyak juga orang yang menonton. Panitia sangat transparan," tegasnya.

Ia juga menyesalkan komentar perwakilan Singapura yang menuding Indonesia tidak fair. Menurut Erick, Indonesia, Singapura, dan Malaysia sebagai negara Melayu harusnya bisa bersatu dan bisa introspeksi diri untuk memajukan silat.

Erick paham akan indah jika distribusi medali dalam satu cabang olahraga terbagi dengan baik. Tapi jika itu tak terjadi, menurut dia, bukanlah sesuatu yang mesti dipermasalahkan.

"Bulu tangkis Korea dan Malaysia tidak dapat, masa Korea mau protes, tidak kan? Kebetulan Malaysia dan Korea hari ini belum dapat," kata dia.

Erick mencontohkan ganda campuran bulu tangkis Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang sangat ingin menang dan dipersiapkan untuk itu. Namun mereka gagal meraih emas dan harus diterima. Erick mengacungi jempol Taiwan yang menonjol pada cabang bulu tangkis kali ini dengan menempatkan dua wakil di final perorangan. 

"Kemudian kemarin di skateboard didominasi Jepang, kebetulan Jepang banyak dapat emas. Lantas Jepang disebut curang karena skateboard pakai juri juga? Tidak bisa begitulah! Saya sangat  menyayangkan kalau ada protes seperti itu," tegas Erick.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement