Kamis 12 Jul 2018 23:06 WIB

Nonton Piala Dunia ke Rusia, Anggota Parlemen Kenya Diprotes

Kenya tidak pernah lolos ke putaran final Piala Dunia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andri Saubani
Suasan menjelang partai penyisihan grup Uruguay melawan Arab Saudi, Piala Dunia 2018, Rusia
Foto: Youtube
Suasan menjelang partai penyisihan grup Uruguay melawan Arab Saudi, Piala Dunia 2018, Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, KENYA -- Warga Kenya bereaksi keras terhadap berita bahwa 20 anggota parlemen telah melakukan perjalanan untuk menonton Piala Dunia 2018 dari dana pembayar pajak. Mereka menonton empat pertandingan, termasuk final, dalam perjalanan dua pekan ke Rusia yang diperkirakan menelan biaya ratusan ribu dolar AS.

Dilansir dari BBC, Kamis (12/7), Menteri Olahraga Rashid Echesa mengatakan, bahwa dia hanya mengizinkan enam anggota parlemen untuk bepergian, untuk membantu memahami bagaimana mengatur acara besar semacam itu. Kenya pun tidak pernah lolos ke final Piala Dunia dan saat ini menduduki peringkat 112 dari 206 negara oleh badan sepak bola dunia, FIFA.

Namun, Kenya adalah salah satu negara atletik paling sukses di dunia dan telah mengajukan tawaran untuk menjadi tuan rumah Kejuaraan Atletik Dunia 2023. Banyak warga Kenya menilai perjalanan itu adalah pemborosan uang di negara di mana rata-rata orang hidup dengan 150 dolar AS (Rp 2,1 juta) sebulan.

Salah satu dari mereka yang bepergian, Senator Millicent Omanga, tentu saja tampak menikmati perjalanan itu. Sementara itu, Senat Clerk Jeremiah Nyegenye, yang adalah kepala Komisi Dinas Parlemen yang menentukan tanggung jawab dan remunerasi legislator, mengatakan perjalanan itu berharga.

"Ini adalah tanggung jawab mereka untuk memahami olahraga, bagaimana menyelenggarakan turnamen internasional seperti itu. Ini bukan hari libur dan terlalu sederhana untuk melihatnya sebagai misi jalan- jalan," kata Senat.

Ketika bepergian dengan urusan resmi, anggota parlemen Kenya berhak atas tunjangan harian untuk biaya sekitar 1.000 dolar AS. Anggota parlemen Kenya diyakini sebagai salah satu bayaran terbaik di dunia, tetapi tahun lalu mereka mendapat pemotongan gaji 15 persen menjadi 6.100 dolar AS (Rp 87,2  juta) per bulan. Mereka juga kehilangan sebagian dari tunjangan mereka, seperti untuk jarak tempuh dan menghadiri parlemen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement