Rabu 02 Jul 2014 20:50 WIB

Pengunjuk Rasa Kembali Bentrok di Brasil

Rep: CR02/ Red: Citra Listya Rini
Demonstran mengenakan karakter super hero dalam melakukan aksi demonstrasi menentang Piala Dunia 2014 di Rio de Janeiro, Brasil.
Foto: EPA/Antonio Lacerda
Demonstran mengenakan karakter super hero dalam melakukan aksi demonstrasi menentang Piala Dunia 2014 di Rio de Janeiro, Brasil.

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Pengunjuk rasa dan aparat kepolisian di Brasil kembali melakukan bentrokan. Para demonstran meminta pembebasan massa yang ditangkap dalam aksi protes sebelumnya.

Polisi dikabarkan menggunakan gas air mata dan menembakan peluru karet untuk membubarkan aksi unjuk rasa di Sao Paulo. Sekitar 300 orang yang turun ke jalan utama kota Sao Paulo menuntut pembebasan rekan-rekan mereka yang ditangkap oleh polisi.

Media di Brasil mengungkapkan setidaknya sekitar enam orang ditangkap dan dua telah dilepaskan setelah diinterogasi oleh polisi dalam bentrokan tersebut. Demonstrasi ini merupakan yang kesekian kalinya dilakukan oleh massa antipemerintah terkait perhelatan Piala Dunia dan masalah ekonomi yang dialami Brasil.

Para pengunjuk rasa menilai pemerintah Brasil hanya mementingkan Piala Dunia dan mengabaikan masyarakatnya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. "Kami akan terus melakukan hal ini agar masyarakat mendapatkan hak yang layak dari pemerintah Brasil," kata salah satu demonstran seperti dilansir Gulfnews. 

Dalam aksi tersebut juga ada kelompok garis keras yang membawa senjata ilegal dan dinilai menjadi penghasut kerusuhan di Brasil. Perwakilan kelompok tersebut pun ditangkap dan didakwa akibat tindakan kriminal, kepemilikan senjata ilegal, kekerasan, menghasut dan pelanggaran lainnya.

Satu tahun lalu jalan-jalan Brazil dipenuhi oleh para demonstran selama Piala Konfederasi berlangsung. Menurut demonstran turnamen sepak bola dipandang sebagai uji coba untuk pementasan Piala Dunia yang hanya menghabiskan keuangan negara.

Lebih dari satu juta orang turun ke jalan dalam aksi protes tahun lalu. Mereka meluapkan amarah dan kekecewaan dengan ego pemerintah untuk tetap menyelenggarakan Piala Dunia, sementara masyarakat Brasil masih bergulat dengan kemiskinan serta sekolah, rumah sakit yang masih jauh dari harapan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement