Rabu 04 Jul 2018 15:05 WIB

Kekompakan Menjadi Kunci Sukses Swedia Melaju

Ketika Ibrahimovic masih membela negaranya, kekuatan Swedia hanya bertumpu pada Ibra.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Endro Yuwanto
Ekspresi gelandang Swedia, Emil Forsberg (kanan), seusai menjebol gawang Swiss.
Foto: EPA-EFE/GEORGI LICOVSKI
Ekspresi gelandang Swedia, Emil Forsberg (kanan), seusai menjebol gawang Swiss.

REPUBLIKA.CO.ID, SAINT PETERSBURG -- Swedia lolos ke babak perempat final Piala Dunia 2018 setelah mengalahkan Swiss 1-0 di babak 16 besar, Selasa (3/7) malam lalu. Tidak ada yang mengira Swedia yang sebelumnya gagal lolos kualifikasi Piala Dunia 2010 dan 2014 bisa melangkah sejauh ini di Rusia.

Emil Forsberg menjadi penentu kemenangan Swedia atas Swiss. Gol yang dicetak pemain Liepzig ini pada menit ke-66 menjadi satu-satu gol yang tercipta di Stadion Saint-Petersburg. Satu gol ini sudah cukup membuat Swedia lolos untuk pertama kalinya ke perempat final Piala Dunia sejak 1994.

Baca Juga

Forsberg memang menjadi pusat permainan Swedia yang telah ditinggal Zlatan Ibrahimovic pensiun. Pemain berusia 26 tahun ini memiliki bakat menguasai bola dengan baik. Tekniknya banyak membantu Swedia dalam melakukan improvisasi. Meski menjadi pemain penting di skuatnya, tapi Forsberg mengakui kesuksesan Swedia bisa melangkah sejauh ini di Rusia karena kerja sama tim.

"Bisa menang dengan cara luar biasa seperti ini sangat berarti, saya ingin menangis melihat pencapaian Swedia yang diraih bersama-sama dengan pemain lain, saya bangga," kata Forsberg seperti dilansir dari situs resmi UEFA, Rabu (4/7).

Seperti pada laga-laga sebelumnya di babak penyisihan grup, di laga melawan Swiss ini tim asuhan Janne Andersson tampil bertahan. Babak pertama berjalan membosankan. Baik Swedia maupun Swiss sama-sama sedikit memiliki kesempatan mencetak gol.

Namun kedua tidak mampu memaksimalkan peluang-peluang yang sempat tercipta. Di babak pertama Swiss yang justru lebih banyak menguasai bola dan berinisiatif menyerang. Beberapa kali berhasil masuk ke celah pertahanan Swedia tapi tidak ada tembakan ke arah gawang yang benar-benar berbahaya.

photo
Selebrasi pemain timnas Swedia setelah berhasil menang atas Swiss dan lolos ke babak perempatfinal pada laga babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Stadion Saint Petersburg, Selasa (3/7).

Tidak banyak perbedaan di babak kedua kecuali gol yang diciptakan oleh Forsberg. Selama Piala Dunia 2018 ini, Swedia memang lebih banyak bertahan tapi gaya permainan itu terbukti berhasil. Dari tiga laga babak penyisihan Grup F Swedia menang dua kali dan hanya kalah satu kali.

Swedia berhasil menang 1-0 dari Korea Selatan dan 3-0 dari Mesiko dan hanya kalah 1-2 dari Jerman. Padahal Swedia bisa lolos kualifikasi setelah melewati babak play-off. Beruntung Swedia berhasil mengalahkan Italia kala itu.

Kekompakan menjadi kekuatan Swedia pada Piala Dunia 2018 ini. Ada empat pemain dalam skuat Swedia yang menjadi juara Piala Eropa U-21 tahun 2009. Mikael Lustig, Marcus Berg, Ola Toivonen, dan Martin Oloson pernah mengantarkan Swedia menjadi juara Piala Eropa 2009. Keempat pemain tersebut sudah terbiasa membela negaranya di turnamen internasional.

Berbeda ketika Ibrahimovic masih bermain untuk negaranya, permainan Swedia terutama lini-depan bertumpu pada pemain yang kini membela LA Galaxy tersebut. Kini Swedia lebih banyak mengandalkan kerja sama tim dibandingkan bakat individu.

Kesuksesan Swedia tidak terlepas dari psikolog tim Daniel Ekvall. Tugas Ekvall di tim Swedia hanyalah berbicara dengan para pemain secara individual atau berkelompok. Ia juga membantu Andersson untuk membentuk staf pelatih yang lebih efektif.

"Dengan pemain kami saat ini, kami fokus pada langkah selanjutnya, jika mereka salah melakukan operan atau rekan mereka gagal menerima operan, bagaimana mereka memperbaikinya sebaik mungkin di pertandingan selanjutnya," kata Ekvall, seperti dilansir dari situs resmi FIFA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement