Selasa 03 Jul 2018 07:18 WIB

Pelatih Belgia: Ini Hari yang Membanggakan Bagi Pemain

Ia mengangkat topi untuk permainan Jepang

Rep: Frederikus Bata/ Red: Hazliansyah
Pelatih Belgia Roberto Martinez memberi isyarat selama pertandingan grup G antara Belgia dan Tunisia di Piala Dunia 2018 di Stadion Spartak di Moskow, Rusia, Sabtu, 23 Juni 2018.
Foto: AP/Matthias Schrader
Pelatih Belgia Roberto Martinez memberi isyarat selama pertandingan grup G antara Belgia dan Tunisia di Piala Dunia 2018 di Stadion Spartak di Moskow, Rusia, Sabtu, 23 Juni 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, ROSTOV -- Belgia mencatat hasil sensasional usai mengalahkan Jepang pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Rusia. Bukan sekadar tiket perempatfinal, tapi situsi ini membuat iblis merah menorehkan rekor apik.

Belgia tim pertama dalam 52 tahun terakhir yang membalikkan keadaan setelah tertinggal 0-2 pada babak sistem gugur Piala Dunia. Pelatih Roberto Martinez tidak dapat menyembunyikan kegembiraan setelah laga di Rostov Arena, Selasa (3/7) dinihari WIB berlangsung.

"Ini hari yang sangat membanggakan para pemain," kata juru taktik 44 tahun, mengutip dari Sky Sports, Selasa (3/7).

Ia tidak peduli kubunya harus kebobolan dua gol lebih dulu melawan Jepang. Bagi Martinez yang paling penting adalah terus melaju.

"Pada Piala Dunia, anda ingin sempurna, tapi ini tentang keberhasilan, ini tentang kemenangan," ujar eks arsitek Everton itu.

Secara keseluruhan, Martinez menilai timnya baru saja mendapat ujian mental. Ia melihat kontribusi semua pemain, baik yang starter maupun yang berada di bangku cadangan.

Taktikian asal Spanyol itu juga angkat topi untuk tim Samurai Biru.

"Mari kita mengucapkan selamat untuk Jepang. Mereka memainkan permainan yang sempurna," tutur Martinez.

Pelatih Timnas Jepang Akira Nishino mengatakan kekalahan dari Belgia merupakan pukulan telak bagi dirinya, serta seluruh tim. Jepang harus mengubur impian untuk maju ke babak perempat final Piala Dunia 2018.

"Saya hancur, ya kami memimpin tetapi kami tidak bisa menang. Itu mungkin perbedaan yang sangat kecil, tapi saya merasa tidak ada apa-apa di dalamnya," ujar Nishino.

Nishino mengakui, anak asuhnya mulai lengah setelah memimpin dua gol di awal-awal babak kedua. Timnya juga tidak mampu meningkatkan permainan.

Hal ini kemudian yang dimanfaatkan Belgia, sehingga bisa membalikan keadaan. "Saya merasa memang itu tragedi, tetapi saya harus menerima kekalahan itu sebagai fakta," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement