Selasa 12 Jun 2018 00:47 WIB

'Keluarga Sakinah' ala Die Mannschaft

Dari lima laga uji coba terakhir, Jerman hanya menang satu kali.

Timnas Jerman. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/SASCHA STEINBACH
Timnas Jerman. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afzan RM

Jerman sebagai juara bertahan Piala Dunia dibayang-bayangi kondisi kurang meyakinkan. Situasinya lumayan menegangkan sehubungan kemungkinan cederanya Mesut Oezil serta inkonsistensi penampilan selama uji coba. 

Dari lima laga uji coba terakhir, Jerman hanya menang satu kali.  Itu pun hanya unggul tipis 2-1 dari tim gurem Arab Saudi. Selanjutnya, Jerman sempat kalah 1-2 dari Austria, keok 0-1 lawan Brasil dan imbang 1-1 ketika menghadapi Spanyol dan 2-2 melawan Prancis. Saat mengalahkan Saudi, kemenangan Jerman didapat berkat gol bunuh diri Omar Hasawi. 

Sudah sebegitu mengerikankah permainan sang juara bertahan untuk berlaga di pesta sepak bola terakbar empat tahunan yang akan dimulai pada Kamis mendatang di Rusia?

Kekalutan Jerman diperparah juga dengan didepaknya winger Leroy Sane oleh pelatih Joachim 'Jogi' Loew. Keputusan itu menghadirkan pro-kontra. "Keputusan yang mengejutkan tidak menyertakan Sane. Walau Jerman tetap kuat, dengan adanya Sane kekuatan itu akan bertambah," sesal mantan kapten Michael Ballack tentang pencoretan Leroy Sane dari timnas Jerman.

Mario Basler, mantan pemain timnas Jerman dan Bayern Muenchen, mengeluarkan komentar lebih pedas. Menurut dia, yang harusnya dicoret adalah Mesut Oezil. Mesin penggerak serangan Die Mannschaft itu terlalu dinilai tinggi, padahal kontribusinya rendah. "Bagi saya, Oezil harusnya dikeluarkan dari timnas," kata Basler menjawab German TV

Basler menilai, selain permainan Oezil tidak istimewa belakangan ini, ia dianggap kerap bikin kisruh ketika bersama Ilkay Guendogan bertemu pemimpin Tuki, Recep Tayyip Erdogan. Meski keduanya sudah menyatakan permohonan maaf kepada masyarakat Jerman, khusus untuk Oezil, Basler menilai ia tetap tak layak masuk skuat Jerman.

Apalagi ada kabar  berembus dari kamp latihan Jerman, kemungkinan Oezil mengalami cedera setelah bertabrakan saat laga lawan Austria. Pada pertandingan itu, satu-satunya gol der Panzer dicetak Oezil, yang kemudian ditarik keluar lapangan pada menit 70-an karena cedera.

Persoalan lain yang menghinggapi Jerman adalah kekhawatiran di bawah mistar gawang. Manuel Neuer tetap dipercaya Loew, padahal sudah setahun 'minggir' tak main karena cedera. Permainan apik Marc Andre Ter Stegen mengawal gawang Barcelona, masih belum menebalkan kepercayaan Loew untuk menaikkan statusnya tak sekadar sebagai deputi.

Dengan berbagai persoalan itu, bagaimana kans Jerman mempertahankan takhta sebagai yang terbaik di dunia untuk urusan menendang si kulit bundar? Kalau ditanyakan pada Loew hingga kini tak ada jawaban pasti. Pelatih kalem nan tegas itu memang sedang irit komentar. Dia tetap cool seperti halnya tahun lalu ketika bersiap mengikuti Piala Konfederasi 2017.

Pada ajang pemanasan penyelenggaraan Piala Dunia 2018 itu, Jerman malah menjadi juara. Bahkan dengan kekuatan tim yang bisa disebut sebagai 'pelapis'. Jerman justru tampil juara hanya berbekal nama-nama asing ketika itu, seperti Timo Werner, Leon Goretzka, dan Lars Stindl. Dua nama pertama terpilih ikut Piala Dunia 2018.

Kalemnya Loew pula yang membuat mayoritas publik Jerman rileks, kendati banyak persoalan menerpa Die Mannschaft. Mereka sudah kadung percaya dengan pelatih yang sudah pasti menolak tawaran Real Madrid untuk mengisi tempat yang ditinggalkan Zinedine Zidane.

Meminjam kata-kata bijak Aa Gym bahwa,"Keluarga sakinah bukanlah keluarga yang tanpa masalah, tetapi mereka terampil mengelola konflik menjadi buah yang penuh hikmah."

Seperti itulah timnas Jerman saat ini. Konflik bukanlah sesuatu yang baru dan tak harus dijadikan momok. Konflik sejatinya dapat dikelola dengan cara positif. Bermain dengan mengedepankan penguasaan bola yang mengalir terus menerus ke depan untuk menekan pertahanan lawan, menjadi hal utama untuk dikedepankan. Soal lain yang jadi cemooh dan gunjingan orang lain tak usah dipikirkan, apalagi jadi beban. Semua itu bukan hal yang penting. 

Loew tetap akan mempertahankan filosofinya dengan menerapkan pola 4-2-3-1 yang kadang bisa berubah rupa menjadi 4-3-3. Pemain dengan atribut banyak atau bisa ditempatkan di lebih dari satu posisi plus lolos tes kebugaran menjadi pilihan utamanya. 

Menumpuk banyak pemain tengah dengan Toni Kroos dan Sami Khedira atau Sebastian Rudy sebagai penopang tiga gelandang serang yang diemban Jualn Draxler, Gundogan/Oezil, Thomas Mueller sebagai pemasok bola kepada Timo Werner, akan memberikan gelombang serangan yang tak putus demi menghasilkan gol demi gol. Jangan lupakan juga dua wingback yang gemar overlap: Jonas Hector di kiri dan Joshua Kimmich di kanan.

Sakinahnya Die Mannschaft pun patut ditunggu ketika mereka akan memulai pertandingan melawan Meksiko pada 17 Juni pukul 22.00 WIB. Pertandingan ini akan menentukan perjalanan Jerman untuk melesat atau berjuang keras kala menghadapi pertandingan lanjutan.  Semoga saja petuah Aa Gym itu jadi refleksi kiprah timnas Jerman pada Piala Dunia 2018. Perjalanan Die Mannscahft mewujud buah yang manis di pengujung aksi di Rusia. Ya, semoga Jerman kembali juara!

*) Penulis adalah pemerhati sepak bola

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement