Rabu 19 Oct 2016 14:05 WIB

Pensiun, Kebahagiaan atau Penderitaan?

ilustrasi pensiunan.
Foto: istimewa
ilustrasi pensiunan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Sofiandy Zakaria, Pensiunan Dosen Tetap Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMJ tahun 2016

Ilustrasi di awal tulisan ini menggambarkan tradisi kegiatan umumnya pensiunan dari orang Indonesia, terutama kelas menengah ke bawah. Kecuali gambar yang sedang melukis, yang mewakili gambaran sebagian kecil pensiunan yang 'berduit' di negara kita. Melukis, membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ilustrasi tersebut menghiasi salah satu cover buku yang membahas tentang pensiunan sekitar sebelum tahun 2005. Maaf, saya lupa nama pembuat ilustrasi dan penulis buku dimaksud. Pesan lain yang bisa ditangkap dari ilustrasi tersebut, selain gambaran tentang kegiatan sehari-hari sebagian dari para pensiunan, juga ada kesan positif yang memberikan  harapan peluang tentang pentingnya melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi setiap orang yang sudah purnabhakti, sesuai kemampuan dan kebutuhannya.

Untuk bisa melakukan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat di hari tua, tentu diperlukan kondisi fisik dan mental yang sehat. Banyak orang yang masih bisa melakukannya. Tapi tidak sedikit yang tidak mampu lagi, karena tidak ditopang oleh kesehatan jiwa raga yang memadai.

Bagi yang sudah pensiun, tidak ada keadaan lain yang lebih membahagiakan, kecuali sehat walafiat, mampu bersyukur,berkah hidupnya dan tetap berbagi rezeki serta ilmu kepada orang-orang yang mambutuhkan. Banyak orang yang menjalani pensiun dengan bahagia sampai akhir hayatnya dengan tetap melakukan kegiatan-kegiatan positif secara rutin, seperti berolah raga atau  hobi lainnya.Bahkan ada yang masih mampu berkarya untuk kemaslahatan hidup keluarga dan masyarakat.

Sebaliknya tidak sedikit pensiunan yang tidaklagi memiliki kemampuan untuk mensyukuri nikmat sisa hidupnya, dan dalam keadaan keseharian yang menderita. Tulisan ini tidak bermaksud mengajari atau menasehati apalagi menganggap pensiunan itu tidak dihadapkan dengan masalah kehidupannya. Disadari atau tidak, Tuhan menganugrahkan masalah sebagai ujian dan cobaan kepada siapa pun, agar manusia mampu dan mau belajar dari setiap ujian atau cobaan yang dihadapinya, sehingga  hidupnya lebih berkualitas, sehat jiwa raga, dan sejahtera lahir batin.

Masalah banyak timbul dan dirasakan sebagai beban hidup, karena kita keliru memersepsikan konsep dan kenyataan yang kita hadapi. Masalah yang dihadapi umumnya oleh para pensiunan adalah terutama sakit fisik dan mental, karena  semakin menurunnya kemampuan kedua faktor (fisik dan mental) tersebut. Jika tidak hati-hati dalam segala tindakan dan perbuatan, pensiunan cenderung lebih rentan terhadap keadaan sakit dari pada sehat.

Memahami gambaran tersebut di atas,  menuntut kita selain pentingnya selalu harus bersyukur, juga butuh sikap waspada dalam segala perbuatan. Bersyukur itu menerima dengan ikhlas akan semua yang kita alami dan peroleh. Sedangkan waspada adalah sikap dan kesadaran kita dengan berusaha mengantisipasi setiap kemungkinan yang akan bisa terjadi kepada siapa saja, kapan saja dan dimana saja, baik saat sekarang maupun yang akan datang,agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Contoh konkret, sakit berkepanjangan dan tidak punya biaya berobat di hari tua, akan menyusahkan diri sendiri dan orang lain, terutama anggota keluarga terdekatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement